BAB
4
IMAN
KEPADA QADA DAN QADAR
TARTILAN
Bacalah ayat-ayat
berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan sopan
santun membaca Al Qur’an.
بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ
ٱلرَّحِيمِ
a.
Q.S. Ali Imran 47
قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ
يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ
مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٤٧
b.
Q.S.. Ar Ra’du 11
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ
بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ
لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ
أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ
مِن وَالٍ ١١
c.
Q.S. Al Hadid 22 - 24
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ
فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن
نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ
عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا
يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ وَيَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ
بِٱلۡبُخۡلِۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ٢٤
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
A. Pengertian
Qada dan Qadar
Qada dan qadar atau takdir berasal dari
bahasa Arab. Qada menurut bahasa Arab berarti ketetapan, ketentuan, ukuran,
takaran, atau sifat. Qada menurut istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat
di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai
dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh, makhluk atau alam semesta.
Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.
Dengan kata lain, takdir merupakan
perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan antara qada dan qadar sangat erat
dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana
dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama
qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan
kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah qada dan qadar. Takdir itu sendiri
dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.
1.
Takdir Mubram
Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak
dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir
mubram antara lain sebagai berikut.
a.
Setiap makhluk pasti akan
mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung. Firman Allah
swt.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ
وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ.......
١٨٥
Artinya:
"tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari
kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS Ali Imran: 185)
b.
Manusia pasti mempunyai akal,
pikiran, dan perasaan.
c.
Di alam semesta ini setiap
benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan menurut
hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan Allah.
Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, manusia
berbeda kekuatan tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang,
dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan
garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.
2.
Takdir Muallaq
Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah
melalui usaha manusia. Setiap hamba
diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan
dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.
إِنَّ
ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
Artinya:
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS
At Ra'd: 11)
RISALAH
Jabariah dan
Qadariah adalah dua contoh aliran teologi Islam yang berbeda pendapat dalam
menyikapi qada dan gadar. Jabariah berpandangan bahwa manusia tidak memiliki
kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak
Allah swt. semata. Pandangan ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh
Allah. Sebaliknya gadariah berpandangan bahwa Allah memberikan kebebasan pada
manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Oleh karena itu, apa pun yang
diperbuat oleh manusia adalah berkat usaha dan kemampuannya sendiri serta tidak
ada lagi campur tangan Allah di dalamnya. Dengan demikian, manusia
mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah di akhirat. Pemahaman
semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap aktif dan optimis dalam
menjalani kehidupannya.
Berikut merupakan contoh dari takdir muallaq
antara lain sebagai berikut. Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. la ingin melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang
tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara agar cita-citanya dapat tercapai. la belajar dengan tekun sehingga
meraih prestasi tinggi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin belajar sehingga is
kembali mendapatkan beasiswa, bahkan ia mendapatkan tawaran pekerjaan dan
posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia dapat hidup lebih layak daripada orangtuanya
karena is mau mengadakan perubahan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi
keluarganya.
TUGAS
Buatlah masing-masing
10 (sepuluh) contoh takdir mubram dan takdir muallaq yang diambil dari
kehidupan sehari-hari! Jangan lupa berikan alasannya!
B.
Dalil Naqli dan Aqli tentang Fungsi Iman kepada
Qada dan Qadar
Dalil naqli
adalah dalil yang diambil dari Al Quran dan hadis. Banyak sekali dalil mengenai
keimanan terhadap qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.
1.
Firman Allah swt.
قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ
Artinya:
Katakanlah, sesekali-sekali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang
telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada
Allah orang beriman harus bertawakal." (QS At Taubah: 51)
2.
Firman Allah swt.
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍۢ
Artinya: "Sesungguhnya
Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS Al Qamar: 49)
3.
Firman Allah swt.
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَكِن يُؤَخِّرُهُمْ إلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُ
Artinya:
"maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan) bagi mereka,
tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula
mendahulukannya." (QS An Nahl: 61)
Dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dikatakan bahwa telah diperintahkan kepada
Malaikat fibril supaya menulis empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya,
amalnya, dan nasib rugi atau beruntungnya. Adapun dalil
aqli adalah dalil yang diambil dari akal yang sehat. Akal sehat membenarkan
adanya kejadian di luar kehendak dan perhitungan akal manusia. Akal sehat juga
mengakui adanya peraturan, ukuran, undang-undang, sifat, serta hukum alam atau
sunatullah yang berlaku bagi alam semesta, umpamanya api bersifat panas, tanah
bersifat padat, atau air laut terasa asin.
Orang
yang ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus berusaha, dan ingin merdeka
harus berjuang. Allah telah membuat ketentuan takdir bahwa untuk mencapai
sesuatu harus dengan berusaha, sedangkan ketentuan-ketentuan itu tidak dapat
diubah. Firman Allah swt.
Artinya:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah.
" (QS Al Ahzab: 62)
Artinya:
Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukurannya dengan
serapi-rapinya " (QS Al Furqan: 2)
DISKUSI
: Berkaitan dengan takdir dan sunatullah,
bagaimanakah tanggapan Anda mengenai mukjizat yang dimiliki para rasul? Apakah
hal tersebut sesuai dengan sunatullah? Jelaskan
C.
Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal
Takdir
sebagaimana telah dijelaskan adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan,
undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali
dan berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram
dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan
mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan
untuk memilih dan mengubahnya.
Ikhtiar
adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai
dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti 'memilih'. Dua
pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan yang erat dan merupakan
mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai
kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah
dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.
Tawakal
diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah.
Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah
untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini
menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak dan berusaha, sedangkan
ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya
berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak
akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang
paling tepat.
Artinya: “Maka apa bila kamu telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159)
Takdir,
ikhtiar, dan tawakal adalah tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan
kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang
tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan
untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan
pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan
memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.
Bertawakal
bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja.
Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya
akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah
terlaksana. Firman Allah swt.
Artinya:
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya." (QS An Najm: 39)
Dalam
sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim
dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk
ke negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan
bahwa di negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular. Khalifah Umar
bin Khattab ra. akhirnya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan
kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, "Mengapa Anda
lari dari takdir Allah?" Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab,
"Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula." Maksud dari
pernyataan `lari dari takdir menuju takdir' itu adalah bahwa mereka memilih
meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang
telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti
akan senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.
Oleh
karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, dan
tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran
mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al Quran dan hadis,
senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan,
bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil
serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.
TUGAS : Pernahkah
Anda mengalami suatu peristiwa dimana Anda harus memilih di antara beberapa
pilihan yang sama beratnya? Apakah yang Anda lakukan dan bagaimana Anda
mengaitkannya dengan takdir, ikhtiar, dan tawakal? Jelaskanlah!
D.
Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar datam
kehidupan Sehari-hari
Di antara
fungsi beriman pada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai
berikut.
1.
Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran
2.
Menghindari Sifat Sombong
3.
Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)
4.
Melatih Kesabaran
5.
Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut
TUGAS :
Apakah
Anda yakin bahwa keyakinan kepada takdir dapat melahirkan sikap optimis?
Mengapa demikian? Jelaskanlah dengan memberikan contoh dari pengalaman pribadi
Anda sendiri!
E.
Perilaku Cerminan Iman Kepada Qada dan Qadar
1.
Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah karena
pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal). Apabila kita
sulit memahaminya, maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum
memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut.
2.
Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan
qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu.
3.
Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya
(sunatullah) sehingga manusia harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan
kehidupan manusia.
4.
Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil
meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata atas usaha kita sendiri.
5.
Tidak boleh putus asa karena senantiasa
husnuzan pada keadilan Allah.
6.
Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal
pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
7.
Bersyukur apabila memperoleh rezeki apapun
bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah.
F. Hikmah Beriman Kepada Qoda dan Qadar
1.
Allah telah menggariskan hukum-Nya dalam qada
dan qadar. Dengan pemahaman yang benar, kita mampu menjadi pribadi yang optimis
dengan melakukan doa dan ikhtiar serta tawakal.
2.
Dengan memahami qada dan qadar, kita tidak akan
memiliki prasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
3.
Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali
manusia dengan berbagai perangkat untuk kehidupannya. Bila kita mampu
menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal dapat kita raih selama
hidup di dunia ini.
4.
Menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda
dan tentu memiliki hikmah tersendiri, di antaranya untuk saling mengenal dan
bekerja sama.
5.
Dengan memahami qada dan qadar, kita dapat
menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak
pernah luput dari kekuasaan Allah swt. Oleh karena itu, manusia tidak pantas
untuk berperilaku sombong.
6.
Manusia berhak memilih untuk melakukan sesuatu.
Dengan kesadaran itu, maka konsekuensi yang akan diterima di akhirat kelak baik
berupa ganjaran surga dan neraka menjadi niscaya bagi setiap manusia.
7.
Keberhasilan atau kesuksesan bukan sebuah
khayalan karena bila kita mau berusaha, Allah pasti telah membuka jalan-Nya.
8.
Mampu membedakan antara jalan yang baik dan
yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
9.
Menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa
dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu, baik kesenangan maupun kesedihan.
10.
Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan
sia-sia. Oleh karena itu, manusia tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan
sebaik-baiknya.
TUGAS :
Carilah
sikap yang sudah terbentuk dalam masyarakat menanggapi iman terhadap takdir,
balk yang positif maupun yang negatif, kemudian analisislah sesuai dengan
kondisi Anda. Tanyakanlah kepada guru agama Anda tentang cara menyikapi hal
tersebut secara tepat!