MATERI PELAJARAN BAB 2
TENTANG QS. LUQMAN : 13 -14
وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣
وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 13-14)
A. Intisari Tafsir Surat Luqman Ayat 13-14
Surat Luqman ayat 13 adalah ayat yang mengabadikan pelajaran Luqman al Hakim kepada anaknya. Yakni pelajaran paling utama, tauhid. Luqman mengatakan kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.
Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan, Luqman menasehati anaknya yang merupakan buah hatinya. Maka wajarlah ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya itu sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya.
“Karena itulah hal pertama yang ia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,” tulis Ibnu Katsir. “Kemudian ia mengingatkan anaknya bahwa syirik adalah kezaliman yang paling besar.”
Mengapa syirik merupakan kezaliman terbesar? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam
Buya Hamka menjelaskan dalam
“Memang aniaya besarlah orang kepada dirinya kalau dia mengakui ada Tuhan selain Allah, padahal selain Allah adalah makhluk,” tulis Buya Hamka. “Dia aniaya atas dirinya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajaknya agar membebaskan jiwa dari segala sesuatu selain Allah.”
Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan birrul walidain, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui hingga dua tahun.
Ayat ini juga menunjukkan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah dua tahun. Sebagaimana juga disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 233.
Lalu Allah menutup ayat 14 dari Surat Luqman ini dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia. Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Termasuk dalam masalah aqidah dan birrul walidain.
B. Isi Kandungan Surat Luqman Ayat 13-14
Berikut ini isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni
1. Orangtua harus mendidik anak-anaknya untuk bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pendidikan ini yang paling utama sehingga menjadi pendidikan pertama yang diberikan Luqman kepada anaknya.
2. Surat Luqman ayat 13 berisi larangan berbuat syirik.
3. Syirik (menyekutukan Allah) merupakan kezaliman yang paling besar. Tidak ada perbuatan zalim atau aniaya yang melebihi besarnya dosa syirik.
4. Surat Luqman ayat 14 berisi perintah birrul walidain. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuhnya dengan penuh susah payah.
5. Wajib bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtua.
6. Ayat ini mengingatkan bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia.
7. Demikian isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14. Semoga bermanfaat serta menguatkan aqidah kita dan meningkatkan bakti kepada kedua orangtua.
SURAT AL BAQARAH AYAT 83
وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ ٨٣
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
A. Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 83
1. Allah Mengambil Janji Bani Israel
Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 83, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil janji dari Bani Israil.
وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil”
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala (melalui Nabi-Nya) telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Bahkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, Allah mengambil sumpah Bani Israil untuk melaksanakan poin-poin isi perjanjian itu. Namun pada akhirnya mayoritas Bani Israil mengkhianati janjinya.
Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, perjanjian Allah dengan Bani Israil ditetapkan atas mereka di bawah bayang-bayang gunung (yang diangkat di atas mereka).
“Mereka diperintahkan untuk memegangnya teguh-teguh dan harus selalu mereka ingat. Karena perjanjian ini mengandung kaidah-kaidah yang kokoh bagi agama Allah,” kata Sayyid Qutb.
2. Bertauhid kepada Allah
Isi perjanjian atau sumpah ini merupakan pokok-pokok agama Allah. Pertama adalah tauhid, hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ
Artinya : “Janganlah kamu menyembah selain Allah”
Ibnu Katsir menjelaskan, Bani Israil diperintah untuk menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama telah diperintahkan kepada seluruh manusia. Aqidah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sama dengan ini yakni tauhid.
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya:25)
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl: 36)
3. Berbuat Ihsan kepada Manusia
Setelah hak paling tinggi dan paling besar yaitu hak Allah berupa tauhid, barulah isi perjanjian berikutnya perintah untuk berbuat baik (ihsan) kepada manusia. Dimulai dari kedua orang tua.
وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ
dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
Allah memerintahkan untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ar Raghib Al Ashfahani menjelaskan, ihsandigunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain. Kedua, perbuatan baik. Menurutnya, ihsan lebih tinggi dari adil. Adil adalah memperlakukan orang lain dengan perlakuannya kepada diri Anda. Sedangkan ihsan adalah memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya kepada diri Anda
Dalam hadits dijelaskan bahwa ihsan adalah beribadah yang terbaik, seakan-akan melihat Allah. Minimal menyadari bahwa Allah selalu melihat kita.
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Jibril bertanya, “terangkanlah kepadaku tentang ihsan”. Rasulullah menjawab, “engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tak bisa melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)
Setelah bertauhid kepada Allah, manusia diperintahkan berbuat baik kepada ibu bapaknya. Dua orang paling berjasa yang dengan perantaraan keduanya ia lahir, tumbuh dan berkembang. Orang tua yang membesarkan dan mendidiknya.
4. Berbicara yang baik
Selain perbuatan yang baik, Bani Israil juga diperintahkan dalam perjanjian itu untuk berbicara yang baik kepada orang lain.
وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا
Artinya :“serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”
Kata husna mencakup “segala sesuatu yang menggembirakan dan disenangi.” Tak hanya kata-kata indah, tetapi ia harus kata-kata yang benar. Sehingga terkandung di dalamnya perintah amar ma’ruf nahi munkar
Ibnu Katsir menjelaskan maksud kalimat ini: “berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut termasuk dalam hal ini amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang ma’ruf.”
5. Sholat dan Zakat
Isi perjanjian ini berikutnya adalah mendirikan sholat dan menunaikan zakat.
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
Artinya : “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”
Sholat dan zakat adalah ibadah yang sejak awal sudah diperintahkan Allah kepada manusia. Bahkan sejak Nabi Adam. Termasuk kepada Bani Israil hingga umat Islam hari ini. Meskipun tata cara dan ukurannya berbeda sesuai syariat di zamannya.
6. Bani Israil Melanggar Perjanjian
Bagian terakhir dari Surat Al Baqarah ayat 83 ini menjelaskan karakter Bani Israil yang suka mengkhianati perjanjian. Kecuali sedikit dari mereka.
ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ
Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.
Bani Israil diperintah untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mereka malah menyembah patung sapi emas. Diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada manusia, mereka justru menzalimi orang-orang lemah di antara mereka. Diperintahkan untuk berkata yang baik dan amar ma’ruf nahi munkar, justru banyak kata-kata negatif dan melakukan amar munkar nahi ma’ruf. Meninggalkan sholat dan tidak mau mengeluarkan zakat. Bahkan membunuh sebagian Nabi-Nya.
“Perjanjian ini telah diikat antara Allah dengan Bani Israil, tercatat dalam Taurat, diperingatkan berulang kali oleh Musa dan Harun lalu diteruskan Nabi Yusa’, tetapi mereka berpaling. Satu demi satu janji itu dipungkiri,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.
Sayyid Qutb menjelaskan, ayat ini menunjukkan sifat Bani Israil yang suka melanggar dan mengingkari janji. Sifat ini ditunjukkan Allah kepada kaum muslimin agar mereka mewaspadai orang-orang Yahudi dan jangan sampai menirunya. Dan ternyata kaum Yahudi di Madinah juga tak ada bedanya. Yahudi Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah semuanya berkhianat dan melanggar perjanjian.
Kandungan Surat Al Baqarah ayat 83
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Baqarah ayat 83:
1. Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan mereka telah mensepakati untuk memenuhi isi perjanjian itu. Berupa pokok-pokok agama yang harus diamalkan.
2. Kewajiban untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.
3. Wajib berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
4. Wajib mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain.
5. Wajib mendirikan sholat dan menunaikan zakat.
6. Perintah-perintah dalam isi perjanjian ini juga berlaku bagi kaum muslimin. Mulai dari tauhid hingga berbuat ihsan serta mendirikan sholat dan menunaikan zakat.
7. Melalui ayat ini Allah mengungkap sifat Bani Israil yang suka melanggar perjanjian.
8. Demikian Surat Al Baqarah ayat 83 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat mengokohkan tauhid kita, berbuat ihsan kepada sesama manusia serta tidak mengikuti Bani Israil yang suka mengingkari janji
0 komentar:
Posting Komentar