Minggu, 06 September 2020

BAB 4 : IMAN KEPADA QODA DAN QODAR ALLOH SWT


BAB 4
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
            

TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan sopan santun membaca Al Qur’an.

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
a.    Q.S. Ali Imran 47
قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٤٧

b.    Q.S.. Ar Ra’du 11
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١
c.     Q.S. Al Hadid 22 - 24
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ وَيَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبُخۡلِۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ٢٤

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

A.   Pengertian Qada dan Qadar
Qada dan qadar atau takdir berasal dari bahasa Arab. Qada menurut bahasa Arab berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Qada menurut istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh, makhluk atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.
Dengan kata lain, takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan antara qada dan qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah qada dan qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.
1.    Takdir Mubram
Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain sebagai berikut.
a.    Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung. Firman Allah swt.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ....... ١٨٥
Artinya: "tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS Ali Imran: 185)
b.    Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.
c.     Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan menurut hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, manusia berbeda kekuatan tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

2.    Takdir Muallaq 
Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia. Setiap        hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS At Ra'd: 11)


RISALAH

Jabariah dan Qadariah adalah dua contoh aliran teologi Islam yang berbeda pendapat dalam menyikapi qada dan gadar. Jabariah berpandangan ­bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah swt. semata. Pandang­an ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh Allah. Sebaliknya gadariah berpandangan bahwa Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Oleh karena itu, apa pun yang diperbuat oleh manusia adalah berkat usaha dan kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di dalamnya. Dengan demikian, manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah di akhirat. Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap aktif dan optimis dalam menjalani kehidupannya.
Berikut merupakan contoh dari takdir muallaq antara lain sebagai berikut. Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. la ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara agar cita-citanya dapat tercapai. la belajar dengan tekun sehingga meraih prestasi tinggi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin belajar sehingga is kembali mendapatkan beasiswa, bahkan ia mendapatkan tawaran pekerjaan dan posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia dapat hidup lebih layak daripada orangtuanya karena is mau mengadakan perubahan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

TUGAS
Buatlah masing-masing 10 (sepuluh) contoh takdir mubram dan takdir muallaq yang diambil dari kehidupan sehari-hari! Jangan lupa berikan alasannya!

B.   Dalil Naqli dan Aqli tentang Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar
Dalil naqli adalah dalil yang diambil dari Al Quran dan hadis. Banyak sekali dalil mengenai keimanan terhadap qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.
1.    Firman Allah swt.

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

 

Artinya: Katakanlah, sesekali-sekali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang beriman harus bertawakal." (QS At Taubah: 51)

2.    Firman Allah swt.
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍۢ


Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS Al Qamar: 49)

3.    Firman Allah swt.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَكِن يُؤَخِّرُهُمْ إلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُ                         

Artinya: "maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya." (QS An Nahl: 61)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dikatakan bahwa telah diperintahkan kepada Malaikat fibril supaya menulis empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib rugi atau beruntungnya. Adapun dalil aqli adalah dalil yang diambil dari akal yang sehat. Akal sehat membenarkan adanya kejadian di luar kehendak dan perhitungan akal manusia. Akal sehat juga mengakui adanya peraturan, ukuran, undang-undang, sifat, serta hukum alam atau sunatullah yang berlaku bagi alam semesta, umpamanya api bersifat panas, tanah bersifat padat, atau air laut terasa asin.

Orang yang ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus berusaha, dan ingin merdeka harus berjuang. Allah telah membuat ketentuan takdir bahwa untuk mencapai sesuatu harus dengan berusaha, sedangkan ketentuan-ketentuan itu tidak dapat diubah. Firman Allah swt.

Artinya: "Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. " (QS Al Ahzab: 62)
  
Artinya: Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukurannya dengan serapi-rapinya " (QS Al Furqan: 2)

DISKUSI : Berkaitan dengan takdir dan sunatullah, bagaimanakah tanggapan Anda mengenai mukjizat yang dimiliki para rasul? Apakah hal tersebut sesuai dengan sunatullah? Jelaskan

C.   Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal

Takdir sebagaimana telah dijelaskan adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya.
Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti 'memilih'. Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.
Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.



Artinya: “Maka apa bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159)

Takdir, ikhtiar, dan tawakal adalah tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.
Bertawakal bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja. Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah terlaksana. Firman Allah swt.



Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An Najm: 39)

Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk ke negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan bahwa di negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular. Khalifah Umar bin Khattab ra. akhirnya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, "Mengapa Anda lari dari takdir Allah?" Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab, "Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula." Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir' itu adalah bahwa mereka memilih meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti akan senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.
Oleh karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, dan tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al Quran dan hadis, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.
TUGAS : Pernahkah Anda mengalami suatu peristiwa dimana Anda harus memilih di antara beberapa pilihan yang sama beratnya? Apakah yang Anda lakukan dan bagaimana Anda mengaitkannya dengan takdir, ikhtiar, dan tawakal? Jelaskanlah!


D.   Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar datam kehidupan Sehari-­hari
Di antara fungsi beriman pada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1.    Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran
2.    Menghindari Sifat Sombong
3.    Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)
4.    Melatih Kesabaran
5.    Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut

TUGAS : Apakah Anda yakin bahwa keyakinan kepada takdir dapat melahirkan sikap optimis? Mengapa demikian? Jelaskanlah dengan memberikan contoh dari pengalaman pribadi Anda sendiri!


E.    Perilaku Cerminan Iman Kepada Qada dan Qadar

1.    Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah karena pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal). Apabila kita sulit memahaminya, maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut.
2.    Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu.
3.    Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya (sunatullah) sehingga manusia harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan kehidupan manusia.
4.    Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata atas usaha kita sendiri.
5.    Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.
6.    Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
7.    Bersyukur apabila memperoleh rezeki apapun bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah.

F.    Hikmah Beriman Kepada Qoda dan Qadar

1.    Allah telah menggariskan hukum-Nya dalam qada dan qadar. Dengan pemahaman yang benar, kita mampu menjadi pribadi yang optimis dengan melakukan doa dan ikhtiar serta tawakal.
2.    Dengan memahami qada dan qadar, kita tidak akan memiliki prasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
3.    Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali manusia dengan berbagai perangkat untuk kehidupannya. Bila kita mampu menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal dapat kita raih selama hidup di dunia ini.
4.    Menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu memiliki hikmah tersendiri, di antaranya untuk saling mengenal dan bekerja sama.
5.    Dengan memahami qada dan qadar, kita dapat menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kekuasaan Allah swt. Oleh karena itu, manusia tidak pantas untuk berperilaku sombong.
6.    Manusia berhak memilih untuk melakukan sesuatu. Dengan kesadaran itu, maka konsekuensi yang akan diterima di akhirat kelak baik berupa ganjaran surga dan neraka menjadi niscaya bagi setiap manusia.
7.    Keberhasilan atau kesuksesan bukan sebuah khayalan karena bila kita mau berusaha, Allah pasti telah membuka jalan-Nya.
8.    Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
9.    Menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu, baik kesenangan maupun kesedihan.
10.  Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Oleh karena itu, manusia tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya.

TUGAS : Carilah sikap yang sudah terbentuk dalam masyarakat menanggapi iman terhadap takdir, balk yang positif maupun yang negatif, kemudian analisislah sesuai dengan kondisi Anda. Tanyakanlah kepada guru agama Anda tentang cara menyikapi hal tersebut secara tepat!

0 komentar:

Posting Komentar