Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Rabu, 29 Juli 2020

BAB 2 TENTANG QS. LUQMAN : 13 -14

MATERI PELAJARAN BAB 2

TENTANG QS. LUQMAN : 13 -14

 

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 13-14)

 

A.    Intisari Tafsir Surat Luqman Ayat 13-14

Surat Luqman ayat 13 adalah ayat yang mengabadikan pelajaran Luqman al Hakim kepada anaknya. Yakni pelajaran paling utama, tauhid. Luqman mengatakan kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.

 

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan, Luqman menasehati anaknya yang merupakan buah hatinya. Maka wajarlah ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya itu sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya.

 

“Karena itulah hal pertama yang ia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,” tulis Ibnu Katsir. “Kemudian ia mengingatkan anaknya bahwa syirik adalah kezaliman yang paling besar.”

 

Mengapa syirik merupakan kezaliman terbesar? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam 

 

Buya Hamka menjelaskan dalam 

 

“Memang aniaya besarlah orang kepada dirinya kalau dia mengakui ada Tuhan selain Allah, padahal selain Allah adalah makhluk,” tulis Buya Hamka. “Dia aniaya atas dirinya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajaknya agar membebaskan jiwa dari segala sesuatu selain Allah.”

 

Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan birrul walidain, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui hingga dua tahun.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah dua tahun. Sebagaimana juga disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 233.

Lalu Allah menutup ayat 14 dari Surat Luqman ini dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia. Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Termasuk dalam masalah aqidah dan birrul walidain.

 

B.    Isi Kandungan Surat Luqman Ayat 13-14

 

Berikut ini isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni 

 

1.    Orangtua harus mendidik anak-anaknya untuk bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pendidikan ini yang paling utama sehingga menjadi pendidikan pertama yang diberikan Luqman kepada anaknya.

2.    Surat Luqman ayat 13 berisi larangan berbuat syirik.

3.    Syirik (menyekutukan Allah) merupakan kezaliman yang paling besar. Tidak ada perbuatan zalim atau aniaya yang melebihi besarnya dosa syirik.

4.    Surat Luqman ayat 14 berisi perintah birrul walidain. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuhnya dengan penuh susah payah.

5.    Wajib bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtua.

6.    Ayat ini mengingatkan bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia.

7.    Demikian isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14. Semoga bermanfaat serta menguatkan aqidah kita dan meningkatkan bakti kepada kedua orangtua.

 

 

SURAT AL BAQARAH AYAT 83

 

 

وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ ٨٣

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

 

A.   Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 83

 

1. Allah Mengambil Janji Bani Israel

 

Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 83, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil janji dari Bani Israil.

 

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

 

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil”

 

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala (melalui Nabi-Nya) telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Bahkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, Allah mengambil sumpah Bani Israil untuk melaksanakan poin-poin isi perjanjian itu. Namun pada akhirnya mayoritas Bani Israil mengkhianati janjinya.

 

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, perjanjian Allah dengan Bani Israil ditetapkan atas mereka di bawah bayang-bayang gunung (yang diangkat di atas mereka).

 

“Mereka diperintahkan untuk memegangnya teguh-teguh dan harus selalu mereka ingat. Karena perjanjian ini mengandung kaidah-kaidah yang kokoh bagi agama Allah,” kata Sayyid Qutb.

 

2. Bertauhid kepada Allah

 

Isi perjanjian atau sumpah ini merupakan pokok-pokok agama Allah. Pertama adalah tauhid, hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ

 

Artinya : “Janganlah kamu menyembah selain Allah”

 

Ibnu Katsir menjelaskan, Bani Israil diperintah untuk menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama telah diperintahkan kepada seluruh manusia. Aqidah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sama dengan ini yakni tauhid.

 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

 

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya:25)

 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

 

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl: 36)

 

3. Berbuat Ihsan kepada Manusia

 

Setelah hak paling tinggi dan paling besar yaitu hak Allah berupa tauhid, barulah isi perjanjian berikutnya perintah untuk berbuat baik (ihsan) kepada manusia. Dimulai dari kedua orang tua.

 

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ

 

dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,

 

Allah memerintahkan untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

 

Ar Raghib Al Ashfahani menjelaskan, ihsandigunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain. Kedua, perbuatan baik. Menurutnya, ihsan lebih tinggi dari adil. Adil adalah memperlakukan orang lain dengan perlakuannya kepada diri Anda. Sedangkan ihsan adalah memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya kepada diri Anda

 

Dalam hadits dijelaskan bahwa ihsan adalah beribadah yang terbaik, seakan-akan melihat Allah. Minimal menyadari bahwa Allah selalu melihat kita.

 

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

 

Jibril bertanya, “terangkanlah kepadaku tentang ihsan”. Rasulullah menjawab, “engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tak bisa melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

 

Setelah bertauhid kepada Allah, manusia diperintahkan berbuat baik kepada ibu bapaknya. Dua orang paling berjasa yang dengan perantaraan keduanya ia lahir, tumbuh dan berkembang. Orang tua yang membesarkan dan mendidiknya.

 

4. Berbicara yang baik

 

Selain perbuatan yang baik, Bani Israil juga diperintahkan dalam perjanjian itu untuk berbicara yang baik kepada orang lain.

 

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

 

Artinya :“serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”

 

Kata husna mencakup “segala sesuatu yang menggembirakan dan disenangi.” Tak hanya kata-kata indah, tetapi ia harus kata-kata yang benar. Sehingga terkandung di dalamnya perintah amar ma’ruf nahi munkar

 

Ibnu Katsir menjelaskan maksud kalimat ini: “berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut termasuk dalam hal ini amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang ma’ruf.”

 

5. Sholat dan Zakat

 

Isi perjanjian ini berikutnya adalah mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

 

Artinya : “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”

 

Sholat dan zakat adalah ibadah yang sejak awal sudah diperintahkan Allah kepada manusia. Bahkan sejak Nabi Adam. Termasuk kepada Bani Israil hingga umat Islam hari ini. Meskipun tata cara dan ukurannya berbeda sesuai syariat di zamannya.

 

6. Bani Israil Melanggar Perjanjian

 

Bagian terakhir dari Surat Al Baqarah ayat 83 ini menjelaskan karakter Bani Israil yang suka mengkhianati perjanjian. Kecuali sedikit dari mereka.

 

ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

 

Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

 

Bani Israil diperintah untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mereka malah menyembah patung sapi emas. Diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada manusia, mereka justru menzalimi orang-orang lemah di antara mereka. Diperintahkan untuk berkata yang baik dan amar ma’ruf nahi munkar, justru banyak kata-kata negatif dan melakukan amar munkar nahi ma’ruf. Meninggalkan sholat dan tidak mau mengeluarkan zakat. Bahkan membunuh sebagian Nabi-Nya.

 

“Perjanjian ini telah diikat antara Allah dengan Bani Israil, tercatat dalam Taurat, diperingatkan berulang kali oleh Musa dan Harun lalu diteruskan Nabi Yusa’, tetapi mereka berpaling. Satu demi satu janji itu dipungkiri,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

 

Sayyid Qutb menjelaskan, ayat ini menunjukkan sifat Bani Israil yang suka melanggar dan mengingkari janji. Sifat ini ditunjukkan Allah kepada kaum muslimin agar mereka mewaspadai orang-orang Yahudi dan jangan sampai menirunya. Dan ternyata kaum Yahudi di Madinah juga tak ada bedanya. Yahudi Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah semuanya berkhianat dan melanggar perjanjian.

 

Kandungan Surat Al Baqarah ayat 83

 

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Baqarah ayat 83:

 

1.    Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan mereka telah mensepakati untuk memenuhi isi perjanjian itu. Berupa pokok-pokok agama yang harus diamalkan.

2.    Kewajiban untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

3.    Wajib berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

4.    Wajib mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain.

5.    Wajib mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

6.    Perintah-perintah dalam isi perjanjian ini juga berlaku bagi kaum muslimin. Mulai dari tauhid hingga berbuat ihsan serta mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

7.    Melalui ayat ini Allah mengungkap sifat Bani Israil yang suka melanggar perjanjian.

 

8.    Demikian Surat Al Baqarah ayat 83 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat mengokohkan tauhid kita, berbuat ihsan kepada sesama manusia serta tidak mengikuti Bani Israil yang suka mengingkari janji


Berikut ini link mengunduh materi lengkap dilink download

BAB 3 BERIMAN KEPADA HARI AKHIR

BAB 3
BERIMAN KEPADA HARI AKHIR

 Iman kepada hari akhir atau hari kiamat merupakan rukun iman ke lima. Umat muslim pun wajib untuk mengimani dan mengamalkan hal tersebut. Hari akhir pasti datang dan dialami oleh semua umat manusia. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A'raf ayat 197 mengenai hari akhir (kiamat) yang tidak ada satu orang pun yang mengetahuinya kecuali Allah SWT. Berikut pengertian iman kepada hari akhir beserta dalilnya

Pengertian

Menurut bahasa iman berarti percaya atau yakin. Hari akhir adalah hari yang terakhir, sesudah itu tidak ada yang lain lagi.  Beriman kepada hari akhir (seringkali disebut hari kiamat) bagi seorang muslim adalah wajib hukumnya. Hari akhir merupakan salah satu rukun iman dan meyakini kehidupan akhirat tersebut adalah salah satu ciri orang-orang yang bertakwa. Kita harus meyakini akan tibanya hari akhirat di mana aural pada masa kehidupan manusia di dunia akan menemui pembalasan dengan seadil-adilnya. 

Fungsi dan Hikmah Beriman kepada Hari Akhir

Fungsi beriman kepada hari akhir antara lain sebagai berikut :
1. Sebagai pemelihara diri dari perbuatan dosa karena manusia harus selektif dalam berbuat, bertindak, dan beramal.
2. Sebagai pemacu semangat disiplin dan bertanggung jawab untuk menaati segala perintah Allah swt. serta berusaha menjauhi segala yang dilarang-Nya semaksimal mungkin.
3. Sebagai penunjang kehidupan yang tenang dan tenteram karena telah melaksanakan ibadah maupun muamalah.
4. Akan menjadi penyadaran bagi manusia yang lupa diri dan tenggelam dalam  kesenangan atau kepuasan duniawi. Kesenangan atau kepuasan tersebut bersifat nisbi karena yang hakiki adalah menyelaraskan hidup duniawi dengan kehidupan ukhrawi.
5. Sebagai pewujudan akhlakul karimah dan menghilangkan sifat buruk yang ada pada manusia, di antaranya egoisme, takabur, sombong, serakah, pemalas, dan kikir serta berusaha memupuk kesadaran sosial sesuai dengan ajaran Islam.

Adapun beberapa hikmah beriman kepada hari akhir adalah sebagai berikut :

1. Manusia tidak hidup di dunia ini selamanya. Oleh karena itu, manusia hendaknya senantiasa menabung amal saleh sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak.
2. Manusia tidak boleh berlaku sewenang-wenang selama hidup di dunia karena segala amal perbuatan pasti akan mendapat balasannya di akhirat kelak, tanpa kecuali.
3. Allah Maha adil dan setiap perbuatan akan mendapat balasan yang setimpal. Dengan kata lain, semua perbuatan akan mendapat balasan dari Sang Maha Pemberi Balasan.
4. Kaum mukmin harus selalu ingat bahwa hari kiamat pasti akan terjadi dan kita harus senantiasa siap setiap saat menghadapi kedatangannya.
5. Iman kepada hari akhir akan membuat kita memahami akan arti dan tujuan hidup di dunia. Dengan memahami hal tersebut, kita tidak akan pernah kehilangan arah dan dapat memelihara sikap hidup yang positif serta optimis.
6. Dengan beriman kepada hari akhir, kita bisa menerima segala ketentuan Allah dengan ikhlas. Allah tidak pernah menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia. Oleh karena itu, kita harus yakin bahwa setiap manusia memiliki misi dan tujuan dalam kehidupannya serta akan mendapat ganjaran atas usahanya tersebut.

Dalil Naqli tentang Hari Kiamat

Beberapa ayat Al Quran berikut ini merupakan dalil-dalil yang menjamin bahwa hari kiamat pasti terjadi. Dengan adanya dalil-dalil ini, hendaknya semakin menambah keyakinan kita akan hari akhirat dan menambah semangat dalam beramal kebajikan karena segala aural perbuatan pasti akan mendapat balasan yang setimpal.

Surah Az Zalzalah Ayat 1-2

إِذَا زُلۡزِلَتِ ٱلۡأَرۡضُ زِلۡزَالَهَا ١  وَأَخۡرَجَتِ ٱلۡأَرۡضُ أَثۡقَالَهَا ٢ 

Artinya: “Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang amat dahsyat. Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya." (QS Az Zalzalah: 1-2)


Surah Al Qariah Ayat 1-5

ٱلۡقَارِعَةُ ١  مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٢  وَمَآ أَدۡرَىٰكَ مَا ٱلۡقَارِعَةُ ٣  يَوۡمَ يَكُونُ ٱلنَّاسُ كَٱلۡفَرَاشِ ٱلۡمَبۡثُوثِ ٤ وَتَكُونُ ٱلۡجِبَالُ كَٱلۡعِهۡنِ ٱلۡمَنفُوشِ ٥ 

Artinya: “Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan." (QS Al Qariah: 1-5)


Macam-Macam Kiamat

Para ulama membagi kiamat menjadi tiga, yaitu :
a. Kiamat Sugra
Kiamat sugra adalah kiamat kecil, yaitu berakhirnya kehidupan semua mahluk yang bernyawa dalam skala kecil, contohnya kematian. Setiap manusia pasti akan mengalami kematian sebagaimana fIrman Allah swt.

كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ 
١٨٥ 
Artinya: "tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mengalami kematian dan sesungguhnya pahala kamu akan disempurnakan pada hari kiamat." (QS Ali Imran: 185)
Kemudian dalam frman-Nya yang lain menyatakan sebagai berikut.

 كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٖ ٢٦ وَيَبۡقَىٰ وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو ٱلۡجَلَٰلِ وَٱلۡإِكۡرَامِ ٢٧ 

Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan." (QS Ar Rahman: 26-27)

b. Kiamat Wusta
Kiamat wusta adalah kiamat pertengahan yang peristiwanya secara kolektif dan lokal mengakibatkan banyak korban, baik jiwa maupun harta, misalnya bencana gunung meletus, banjir, gempa bumi, kebakaran hutan, dan lain sebagainya. Kiamat wusta merupakan peringatan Allah swt. kepada umat manusia yang sudah mulai lalai dan banyak melupakan Allah swt. Bahkan, kiamat wusta lebih dekat kepada azab Allah swt. yang ditimpakan kepada suatu umat atau kelompok manusia yang kerap kali melupakan dan melanggar aturan-aturan Allah swt. Firman Allah swt.

فَأَعۡرَضُواْ فَأَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ سَيۡلَ ٱلۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنَٰهُم بِجَنَّتَيۡهِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَيۡ أُكُلٍ خَمۡطٖ وَأَثۡلٖ وَشَيۡءٖ مِّن سِدۡرٖ قَلِيلٖ ١٦ 

Artinya: "Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon­pohon) yang berbuah pahit pohon atsl dan sedikit dari pohon sidr." (QS Saba: 16)

Kemudian Rasulullah saw bersabda yang maknanya adalah "Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra., Rasulullah saw. pernah bersabda, "Seandainya Allah menurunkan azab kepada suatu bangsa, maka azab itu akan menimpa semuanya tanpa pandang bulu dan kemudian Dia akan membangkitkan kembali mereka dan mengadili mereka sesuai dengan perbuatannya. "
Dari kedua dalil naqli tersebut, akan terjadi pula kiamat wusta (pertengahan) yang bertujuan untuk memberi peringatan agar manusia mau menyadari perbuatannya yang melanggar aturan-aturan Allah swt. dan membuat mereka kembali kepada jalan yang benar. Firman Allah swt.

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ 

Artinya: "Telah tampak keusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS Ar Rum: 41)

c. Kiamat Kabra
Kiamat kubra adalah peristiwa yang amat besar. Karena pada saat itu dengan qudrat dan iradat-Nya, alam semesta beserta isinya akan hancur lebur, Kiamat kubra merupakan rahasia Allah swt. dan akan datang secara tiba-tiba. Allah swt. berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ إِنَّ زَلۡزَلَةَ ٱلسَّاعَةِ شَيۡءٌ عَظِيمٞ ١ 

Artinya: "Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya kegoncangizn pada hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat besar (dahsyat). " (QS Al Hajj: 1)

Dalam sebuah hadis dikisahkan bahwa Malaikat Jibril berdialog dengan Rasulallah. saw. yang isinya tentang waktu terjadinya kiamat sebagai berikut :

قاَلَ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ مَاالْمَسْئُوْلُ عَنْهَابِاَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ (رواه البخارى)

Artinya: "Wahai Muhammad, kapankah akan terjadinya kiamat?" Rasulullah menjawab, "Orang yang berta.nya lebih tahu daripada orang yang ditanya." (HR Bukhari)

Kemudian dalam firman Allah dinyatakan sebagai berikut.

إِنَّ ٱلسَّاعَةَ ءَاتِيَةٌ أَكَادُ أُخۡفِيهَا لِتُجۡزَىٰ كُلُّ نَفۡسِۢ بِمَا تَسۡعَىٰ ١٥ 

Artinya: "Dan bahwasanya saat kiamat itu pasti datang dan akan Aku rahasiakan untuk memberi pembalasan kepada setiap diri menurut apa yang telah diusahakannya." (QS Taha: 15) .

Dari dalil-dalil naqli di atas, kiamat kubra pasti akan terjadi dan merupakan peristiwa yang amat dahsyat, terjadi secara tiba-tiba, dan menjadi rahasia Allah swt.

Tanda-Tanda Terjadinya Kiamat

Dalam beberapa hadis, Rasulullah saw. menjelaskan tanda-tanda terjadinya kiamat adalah sebagai berikut :
1. Tanda-Tanda Kiamat Kecil :
a. Diutusnya Muhammad Saw. sebagai Nabi dan Rasul terakhir.
b. Orang-orang kecil dan miskin mulai berlomba-lomba dalam kemegahan.
c. Budak perempuan melahirkan tuannya.
d. Lenyapnya ilmu pengetahuan dengan banyaknya orang-orang pandai (ulama’) yang mati dan meluasnya kebodohan.
e. Banyak orang yang berbuat kejahatan dan kemunkaran dengan terang-terangan.
f. Adanya dua kelompok besar yang saling bermusuhan dan saling berperang.
g. Jumlah orang perempuan jauh lebih banyak dari orang laki-laki.
h. Banyak orang yang mau bersedekah, tetapi tidak ada yang mau menerima.
i. Waktu berjalan serasa amat pendek, satu tahun serasa sebulan, satu bulan serasa seminggu, satu minggu serasa sehari, sehari serasa sejam, dan sejam serasa membakar satu pelepah kurma.
j. Banyak terjadi gempa bumi, pembunuhan, fitnah, dan orang bermegah-megahan dengan gedung yang tinggi.
k. Umat Islam tunduk dan patuh kepada umat lain.

2. Tanda-tanda Kiamat Besar
a. Waktu berputar semakin cepat, sehingga setahun terasa sebulan, sebulan terasa seminggu.
b. Matahari terbit disebelah barat.
c. Keluarnya Dajjal, yaitu sosok pembohong yang menutupi kebenaran.
d. Adanya Ya’juj dan Ma’juj yaitu segolongang umat manusia yang mempunyai kekuatan besar dan berpikir sosial.
e. Turunnya imam mahdi kedunia untuk meluruskan syari’at islam dan menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw.
f. Turunnya Nabi Isa as. dari langit yang akan memperjuangkan kebenaran bersama Imam Mahdi.
g. Hilangnya Al-Qur’an dari mashaf dari hati umat manusia hingga hilang pedoman
h. Keluarnya asap dari negeri Yaman.
i.  Perang akhir Zaman. Perang melawan sepanjang arabia.

Beberapa Peristiwa yang Terjadi di Hari Kiamat

Beberapa peristiwa yang akan terjadi pada hari akhirat antara lain sebagai berikut :

1. Yaumul Baas
Yaumul Baas adalah suatu saat di mana semua mahluk yang bernyawa dan berakal akan dibangkitkan setelah mengalami kematian atau kiamat. Semua manusia pasti akan dihidupkan dan dibangkitkan kembali oleh Allah swt. untuk dimintai pertanggung jawabannya selama hidup di dunia. Firman Allah swt.

وَأَقْسَمُوا۟ بِٱللَّهِ جَهْدَ أَيْمَٰنِهِمْ ۙ لَا يَبْعَثُ ٱللَّهُ مَن يَمُوتُ ۚ بَلَىٰ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Artinya: “Mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sumpah yang sungguh-sungguh, “Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati” (Tidak demikian, bahkan pasti Allah akan membangkitkannya) sebagai suatu janji yang benar dari Allah. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS An Nahl: 38)

Pada hari kebangkitan atau Yaumul Baas, semua manusia yang mati akibat terjadi kiamat kubra, baik karena kematian biasa, karena musibah kebakaran, karena pesawat jatuh, atau yang mati dan hancur serta hilang jasadnya, semua akan dibangkitkan dan tidak akan terlewat meskipun hanya seorang. Sebagaimana firman Allah.

وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِ الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ () قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

Artinya: "Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan dia lupa kepada kejadiannya, isa berkata, "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?"Katakanlah, "la akan dihidupkan oleh Tuhan yang menghidupkannya kali yang pertama. Dan Dia sangat mengetahui tentang segala makhluk." (QS Yasin: 78-79)

2. Yaumul Hasyr (Alam Mahsyar)
Hasyr atau Mahsyar adalah suatu tempat di akhirat yang sangat luas. Yaumul Hasyr merupakan saat terjadinya peristiwa di mana semua makhluk, terutama manusia dikumpulkan dan akan dihisab serta diberi keputusan oleh Allah tentang semua amalan yang dikerjakan ketika hidup di dunia. Mahsyar terjadi setelah manusia dibangkitkan dari kematian. Di tempat itulah manusia akan merasa berat dan lama menanti pengadilan dari Allah yang Maha kuasa. Pada hari itu, semua manusia dikumpulkan dan diadili oleh Allah swt. dengan seadil-adilnya. Hari itu juga disebut hari pembalasan yang hakiki. Allah swt. berfirman

وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوٓا۟ أَيْنَ شُرَكَآؤُكُمُ ٱلَّذِينَ كُنتُمْ تَزْعُمُونَ

Artinya: "Dan (ingatlah) hari yang di waktu itu Kami menghimpun semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik, "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu Kami)?" (QS Al An'am: 22)

3. Yaumul Hisab
Yaumul Hisab adalah hari perhitungan semua amal perbuatan baik maupun buruk manusia selama hidup di dunia. Sekalipun sebesar zarrah amalan manusia tidak akan lepas dari perhitungan Allah swt, Pada hari itu, manusia tidak akan bisa mengelak dan berbohong dari segala amal perbuatannya karena semua anggota badan akan menjadi saksi atas segala perbuatannya. Sekalipun manusia telah lupa, tetapi Allah swt. Maha Mengetahui atas segala amal perbuatan manusia sebagaimana firman-Nya.

يَوْمَ يَبْعَثُهُمُ ٱللَّهُ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُهُم بِمَا عَمِلُوٓا۟ ۚ أَحْصَىٰهُ ٱللَّهُ وَنَسُوهُ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ

Artinya: “Pada hari ketika mereka dibangkitkan Allah swt. semuanya, lalu diberitakan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Allah mengumpulkan (mencatat) amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu." (QS Al Mujadilah: 6)

Kondisi manusia pada hari itu tergantung pada aural perbuatannya selama di dunia. Bagi mereka yang selama di dunia terbiasa melakukan amal kebajikan dan ibadah, mereka akan merasakan bahwa perhitungan itu amat mudah dan cepat. Sebaliknya, bagi mereka yang terbiasa berbuat maksiat, menipu, korupsi, memakan harta anak yatim, tidak mendirikan salat, puasa, zakat, dan amal-amal lainnya, mereka akan diliputi kekecewaan dan penyesalan yang tiada tara. Hat itu dinyatakan Allah dalam Al Quran sebagai berikut :
فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا
Artinya: Adapun orang yang diberikan kitab di sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah." (QS Al Insyiqaq: 7-8)

4. Mizan (Timbangan)
Mizan adalah timbangan amal. Maksudnya, setiap amal manusia akan ditimbang agar diketahui secara yakin dan pasti tentang amal baik dan aural buruknya. Penimbangan itu dilakukan dengan seadil-adilnya tanpa ditambah atau dikurangi sedikit pun. Allah swt. berfirman.

وَنَضَعُ ٱلْمَوَٰزِينَ ٱلْقِسْطَ لِيَوْمِ ٱلْقِيَٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا ۖ وَإِن كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَٰسِبِينَ

Artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalnya itu) hanya seberat biji sawi pun, Kami pasti mendatangkan (pahalanya). Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan." (QS Al Anbiya: 47)

5. Surga dan Neraka
Surga adalah suatu tempat di mana segala kenikmatan hakiki disediakan Allah swt. khusus untuk orang-orang yang beriman dan beramal saleh. Kenikmatan, keindahan, dan kemegahannya sulit digambarkan karena belum pernah dilihat oleh mata atau didengar oleh telinga. Semua itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang tunduk dan patuh pada aturan-aturan Allah. Mereka itulah orang-orang yang beruntung karena bagi mereka disediakan surga yang penuh dengan kebahagiaan dan kesempurnaan. Allah swt. berfirman.

جَزَآؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ

Artinya: "Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah Surga Adn yang mengalir di bawabnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya. " (QS Al Bayyinah: 8)

Dalam berbagai keterangan Al Quran, surga memiliki berbagai macam tingkatan. Orang-orang yang beriman menempatinya sesuai dengan tingkatan keimanan dan ketakwaan mereka pada Allah swt. Nama-nama surga itu antara lain Surga Firdaus, Surga Nai'm, Surga Ma'wa, Surga Adn, Surga Khulud, Surga Darussalam, dan Darul Maqamah. Adapun neraka merupakan tempat terakhir yang terburuk dan paling berat disediakan bagi orang-orang kafir, musyrik, fasik, ingkar, dan durhaka kepada Allah swt. Mereka akan kekal di dalamnya dengan penuh kesengsaraan dan azab yang sangat dahsyat. Setiap saat dan setiap detik mereka selalu berhadapan dengan azab dan siksa yang pedih. Firman Allah swt.

وَسِيقَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓا۟ إِلَىٰ جَهَنَّمَ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوهَا فُتِحَتْ أَبْوَٰبُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَآ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِّنكُمْ يَتْلُونَ عَلَيْكُمْ ءَايَٰتِ رَبِّكُمْ وَيُنذِرُونَكُمْ لِقَآءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَٰكِنْ حَقَّتْ كَلِمَةُ ٱلْعَذَابِ عَلَى ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: "Orang-orang kafir dibawa ke Neraka Jahanam dalam rombongan-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu, dibukakanlah pintu pintunya dan berkatalah kepada mereka penjaga penjaganya, 'Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?" Mereka menjawab, “Benar (telah datang)." Tetapi telah pasti berlaku ketetapan azab terhadap orang-orang yang kafir." (QS Az Zumar: 71)

Neraka juga memiliki tingkatan seperti surga, antara lain Neraka Jahanam, Neraka Laza, Neraka Saqar, Neraka Sa'ir, Neraka Hutamah, Neraka Wail, dan Neraka Hawiyah.

Perilaku Cerminan Iman kepada Hari Akhir

Tanpa menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, keimanan kepada hari akhir tidak akan mendapatkan nilai yang maksimal bagi seseorang atau manfaat bagi lingkungannya. Dengan demikian, menunjukkan perilaku yang sesuai sebagai cerminan terhadap keimanan tersebut mutlak diperlukan. Beberapa perilaku tersebut antara lain sebagai berikut. 
1. Melakukan segala pekerjaan yang positif dengan hati riang dan ikhlas. 
2. Meneladani perilaku terpuji dari siapa pun tanpa memandang latar belakangnya dan berusaha menerapkan dalam diri pribadi.
3. Takut untuk melakukan dosa dan maksiat karena kita tidak pernah mengetahui kedatangan hari kiamat tersebut.
4. Segera bertobat apabila melakukan kesalahan dan segera berusaha memperbaikinya. 
5. Tidak ragu untuk menolong orang yang kesusahan karena Allah pasti akan membalasnya. Apabila tidak di dunia ini, Allah pasti akan memberikannya tanpa kecuali.
6. Allah Maha tahu segala hal, termasuk dalam memberikan yang terbaik bagi kehidupan hamba-Nya. Dengan demikian kita harus selalu berhusnuzzan (berprasangka balk) terhadap-Nya.
7. Mampu memilih prioritas pekerjaan yang memiliki lebih banyak manfaatnya dan bernilai ibadah.
8. Senantiasa berhati-hati dalam melakukan suatu perbuatan karena Allah Maha Melihat dan Maha Menilai.
9. Senantiasa berusaha bersikap adil karena hal tersebut akan diperhitungkan di akhirat kelak.
10. Takut untuk melakukan dosa dan kesalahan karena Allah tidak akan melewatkan penilaian-Nya sedikit pun.
11. Senantiasa berniat bahwa segala aural ibadah dilakukan dengan ikhlas dan mengharapkan rida Allah swt. 
12. Melakukan kebajikan dan ibadah semaksimal mungkin sesuai kemampuan karena hal tersebut akan menjadi tabungan atau bekal di akhirat.
13. Yakin bahwa sekecil apa pun perbuatan ada balasannya di akhirat sehingga tidak merasa sombong atas suatu prestasi ataupun berkecil hati apabila mendapatkan perlakuan tidak adil.
14. Berikhtiar untuk meraih sesuatu karena beramal di dunia merupakan ladangnya akhirat yang akan dipetik panennya.
15. Tidak larut dalam kehidupan duniawi, tetapi mencintai dunia sekadar untuk beramal demi akhirat.
16. Menyadari bahwa hidup di dunia hanya sebentar sehingga berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan sebanyak-banyaknya.
17. Apabila telah melakukan perbuatan buruk, hendaknya segera bertobat dan mengiringinya dengan berbuat baik agar di akhirat tidak menjadi orang yang merugi.

Berikut link untuk mendownload materi diatas download

Sabtu, 25 Juli 2020

BAB I BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRATIS


BAB 1

BERPIKIR KRITIS DAN DEMOKRATIS

 A.     BERPIKIR KRITIS

Berpikir kritis didefinisikan beragam oleh para pakar. Menurut Mertes, berpikir kritis adalah “sebuah proses yang sadar dan sengaja yang digunakan untuk menafsirkan dan mengevaluasi informasi dan pengalaman dengan sejumlah sikap reflektif dan kemampuan yang memandu keyakinan dan tindakan”.

Berangkat dari definisi di atas, sikap dan tindakan yang mencerminkan berpikir kritis terhadap ayat-ayat Allah Swt. (informasi Ilahi) adalah berusaha memahaminya dari berbagai sumber, menganalisis, dan merenungi kandungannya, kemudian menindaklanjuti dengan sikap dan tindakan positif. Salah satu mukjizat al-Qur'±nadalah banyaknya ayat yang memuat informasi terkait dengan penciptaan alam dan menantang para pembacanya untuk merenungkan informasi Ilahi tersebut.

a.   Q.S. Ali 'Imr±n/3:190-191

 

إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠ ٱلَّذِينَ يَذۡكُرُونَ ٱللَّهَ قِيَٰمٗا وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمۡ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ رَبَّنَا مَا خَلَقۡتَ هَٰذَا بَٰطِلٗا سُبۡحَٰنَكَ فَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ ١٩١

Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Q.S. Ali Imron : 190-191

b.    Penerapan Tajwid

No.

Lafaz

Hukum bacaan

Alasan

1

ٱلسَّمَٰوَٰتِ

Idgam Syamsiyah

Alif Lamdiikuti huruf Sin

2

وَٱلۡأَرۡضِ

Idhar Qamariyah

Alif Lamdiikuti huruf  Hamzah

3

وَقُعُودٗا وَعَلَىٰ

Idgam Bigunnah

Tanwin diikuti huruf Wawu

4

كُرُونَ

Mad tabi’i

Dammah diikuti huruf  Wawu mati/sukun

5

خَلَقۡتَ

Qalqalah sugra

Huruf Qaf sukundi tengah

Kata

6

ٱلنَّارِ

Mad aridlisukun

Mad Thabi’idiikuti huruf hidup dibaca waqaf

c.    Kosa kata baru

At-Tabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abas r.a.,bahwa orang-orang Quraisy mendatangi kaum Yahudi dan bertanya,”Bukti-bukti kebenaran apakah yang dibawa Musa kepadamu?” Dijawab, “Tongkatnya dan tangannya yang putih bersinar bagi yang memandangnya”.

d.    Asbabun Nuzul

Kemudian mereka mendatangi kaum Nasrani dan menanyakan, “Bagaimana halnya dengan Isa?” Dijawab, “Isa menyembuhkan mata yang buta sejak lahir dan penyakit sopak serta menghidupkan orang yang sudah mati.” Selanjutnya mereka mendatangi Rasulullah saw. dan berkata, “Mintalah dari Tuhanmu agar bukit safa itu jadi emas untuk kami.” Maka Nabi berdoa, dan turunlah ayat ini (Q.S. Ali 'Imran/3:190-191), mengajak mereka memikirkan langit dan bumi tentang kejadiannya, hal-hal yang menakjubkan di dalamnya, seperti bintang-bintang, bulan,dan matahari serta peredarannya, laut, gunung-gunung, pohon-pohon, buah-buahan, binatang-binatang, dan sebagainya

 e.    Tafsiran/penjelasan Ayat

     1.     Memikirkan terciptanya siang dan malam serta silih bergantinya secara teratur, menghasilkan perhitungan waktu bagi kehidupan manusia. Semua itu menjadi tanda kebesaran Allah Swt. bagi orang-orang yang berakal sehat.

    2.     Tidak ada satu pun ciptaan Tuhan yang sia-sia, karena semua ciptaan-Nya adalah inspirasi bagi orang berakal.

   3.     ciri khas orang yang berakal, yaitu apabila memperhatikan sesuatu, selalu memperoleh manfaat dan terinspirasi oleh tanda-tanda besaran Allah Swt. di alam ini.

   4.     Selalu ingat Allah Swt. dalam segala keadaan, baik waktu berdiri, duduk, maupun berbaring. Setiap waktunya diisi untuk memikirkan keajaiban-keajaiban yang terdapat dalam ciptaan-Nya yang menggambarkan kesempurnaanNya.


   Terkait dengan penciptaan langit dalam enam masa ini, banyak para ilmuwan yang terinspirasi untuk membuktikan dalam penelitian-penelitian mereka. Salah satunya adalah Dr. Ahmad Marconi, dalam bukunya Bagaimana Alam semesta Diciptakan, Pendekatan al-Qur’an dan sains Modern (tahun 2003), sebagai berikut:kata ayyam adalah bentuk jamak dari kata yaum. Kata yaum dalam arti sehari-hari dipakai untuk menunjukkan terangnya siang, ditafsirkan sebagai “masa”. Sedangkan “ayyam”bisa diartikan “beberapa hari”, bahkan dapat berarti “waktu yang lama”. Abdullah Yusuf Ali, dalam The Holy Qur’an,Translation and Commentary, 1934, menyetarakan kata ayyam dengan “age” atau “eon” (Inggris). Sementara Abdu Suud menafsirkan kata ayyamdengan “peristiwa” atau “naubat”. Kemudian diterjemahkan juga menjadi “tahap”, atau periode atau masa. Sehingga kata sittati ayyam dalam ayat di atas berarti “enam masa”. Secara ringkas, penjelasan “enam masa” dari Dr. Marconi adalah sebagai berikut:


     Masa Pertama, sejak peristiwa Dentuman Besar (Big Bang) sampai terpisahnya Gaya Gravitasi dari Gaya Tunggal (Superforce).

    Masa Kedua, masa terbentuknya inflasi jagad raya, namun belum jelas bentuknya, dan disebut sebagai Cosmic Soup (Sup Kosmos).

      Masa Ketiga, masa terbentuknya inti-inti atom di Jagad Raya ini.

      Masa Keempat, elektron-elektron mulai terbentuk.

    Masa Kelima, terbentuknya atom-atom yang stabil, memisahnya materi dan radiasi, dan jagad raya terus mengembang. 

      Masa Keenam, jagad raya terus mengembang, hingga terbentuknya planet-planet.

Demikian juga dengan silih bergantinya siang dan malam, merupakan fenomena yang sangat kompleks. Fenomena ini melibatkan rotasi bumi, sambil mengelilingi matahari dengan sumbu bumi miring. Dalam fenomena fisika, bumi berkitar (precession) mengelilingi matahari. Gerakan miring tersebut memberi dampak musim yang berbeda. Selain itu, rotasi bumi distabilkan oleh bulan yang mengelilingi bumi. Subhanalloh. Semua saling terkait. Kompleksnya fenomena penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam dan siang, tidak akan dapat dipahami dan diungkap rahasianya kecuali oleh para ilmuwan yang tekun, tawadhu’, dan cerdas. Mereka itulah para “ulul albab” yang dimaksud dalam ayat di atas.

Jadi, berpikir kritis dalam beberapa ayat tersebut adalah memikirkan dan melakukan tadabbur semua ciptaan Allah Swt. sehingga kita sadar betapa Allah Swt. adalah Tuhan Pencipta Yang Maha Agung, Maha Pengasih lagi Penyayang, dan mengantarkan kita menjadi hamba-hamba yang bersyukur. Hamba yang bersyukur selalu beribadah (ritual dan sosial) dengan ikhlas.

f.     Hakekat berpikir kritis

Definisi tentang berpikir kritis disampaikan oleh Mustaji. Ia memberikan definisi bahwa berpikir kristis adalah “berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Salah satu contoh kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan “membuat ramalan”, yaitu membuat prediksi tentang suatu masalah, seperti memperkirakan apa yang akan terjadi besok berdasarkan analisis terhadap kondisi yang ada hari ini.

Dalam Islam, masa depan yang dimaksud bukan sekedar masa depan di dunia, tetapi lebih jauh dari itu, yaitu di akhirat. Orang yang dipandang cerdas oleh Nabi adalah orang yang pikirannya jauh ke masa depan di akhirat. Maksudnya, jika kita sudah tahu bahwa kebaikan dan keburukan akan menentukan nasib kita di akhirat, maka dalam setiap perbuatan kita, harus ada pertimbangan akal sehat.

Dari Abu Ya’la yaitu Syaddad Ibnu Aus r.a. dari Nabi saw. Beliau bersabda: “Orang yang cerdas ialah orang yang mampu mengintrospeksi dirinya dan suka beramal untuk kehidupannya setelah mati. Sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan berharap kepada Allah dengan harapan kosong”. (HR. At-Tirmizi dan beliau berkata: Hadis Hasan).

Orang yang cerdas juga tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja tanpa diduga. Oleh karena itu, ia akan selalu bersegera melakukan kebaikan (amal saleh) tanpa menunda.Rasulullah saw. bersabda:

Artinya:Dan dari Abu Hurairah ra. yang berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda:“Bersegeralah kalian beramal sebelum datangnya tujuh perkara yaitu: Apa yang kalian tunggu selain kemiskinan yang melalaikan, atau kekayaan yang menyombongkan, atau sakit yang merusak tubuh, atau tua yang melemahkan, atau kematian yang cepat, atau Dajjal, maka ia adalah seburuk buruknya makhluk yang dinantikan, ataukah kiamat, padahal hari kiamat itu adalah saat yang terbesar bencananya serta yang terpahit dideritanya?” (HR. at-Tirm³z³dan beliau berkata: Hadis hasan)

Jadi, berpikir kritis dalam pandangan Rasulullah dalam dua hadis di atas adalah mengumpulkan bekal amal salih sebanyak-banyaknya untuk kehidupan pasca kematian (akhirat), karena “dunia tempat menanam dan akhirat memetik hasil (panen)”. Oleh karena itu, jika kita ingin memetik hasil di akhirat, jangan lupa bercocok tanam di dunia ini dengan benih-benih yang unggul, yaitu amal salih.

g.    Manfaat berpikir kritis

Adapun manfaat berfikir kritis di antaranya adalah:

1.  Dapat menangkap makna dan hikmah di balik semua ciptaan Allah Swt.;

2.  Dapat mengoptimalkan pemanfaatan alam untuk kepentingan umat manusia;

3.  Dapat mengambil inspirasi dari semua ciptaan Allah Swt. dalam mengembangkan IPTEKS;

4.  Menemukan jawaban dari misteri penciptaan alam (melalui penelitian);

5.  Mengantisipasi terjadinya bahaya, dengan memahami gejala dan fenomena alam;

6.  Semakin bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal dan fasilitas lain, baik yang berada di dalam tubuh kita maupun yang ada di alam semesta;

7.  Semakin bertambah keyakinan tentang adanya hari pembalasan;

8.  Semakin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;

9.  Semakin bersemangat dalam mengumpulkkan bekal untuk kehidupan di akhirat, dengan meningkatkan amal salih dan menekan /meninggalkan kemaksiatan

h.    Menerapkan prilaku berpikir kritis

Berikut ini adalah sikap dan perilaku terpuji yang harus dikembangkan terkait dengan berpikir kritis berdasarkan ayat al-Qur'an dan hadis di atas ialah:

1.     Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah akal sehat;

2.     Senantiasa bersyukur kepada Allah Swt. atas anugerah alam semesta bagi manusia;

3.     Melakukan kajian-kajian terhadap ayat-ayat al-Qur'±nsecara lebih mendalam bersama para pakar di bidang masing-masing;

4.     Menjadikan ayat-ayat al-Qur'±nsebagai inpirasi dalam melakukan penelitianpenelitian ilmiah untuk mengungkap misteri penciptaan alam;

5.     Menjadikan ayat-ayat kauniyah (alam semesta) sebagai inspirasi dalam mengembangkan IPTEK;

6.     Mengoptimalkan pemanfaatan alam dengan ramah untuk kepentingan umat manusia;

7.     Membaca dan menganalisis gejala alam untuk mengantisipasi terjadinya bahaya;

8.     Senantiasa berpikir jauh ke depan dan makin termotivasi untuk menjadi orang yang visioner;

9.     Senantiasa berupaya meningkatkan amal salih dan menjauhi kemaksiatan sebagai tindak lanjut dari keyakinanannya tentang adanya kehidupan kedua di akhirat dan sebagai perwujudan dari rasa syukur kepada Allah Swt. atas semua anugerah-Nya;

10.   Terus memotivasi diri dan berpikir kritis dalam merespons semua gejala dan fenomena alam yang terjadi

 

B.     DEMOKRATIS

a.    Q.S. Ali Imran : 159


فَبِمَا رَحۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمۡۖ وَلَوۡ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَۖ فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ وَٱسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡ وَشَاوِرۡهُمۡ فِي ٱلۡأَمۡرِۖ فَإِذَا عَزَمۡتَ فَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ ١٥٩

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya. (Q.S. Ali Imron : 159)

 b.    Penerapan Tajwid

No.

Lafaz

Hukum Bacaan

Alasan

1

فَبِمَا

Mad Thabi’i

Fathah diikuti alif

2

رَحۡمَةٖ مِّنَ

Idgham bighunah

Tanwin diikuti huruf mim

3

لِنتَ

Ikhfa

Nun mati diikuti huruf ta

4

فَظًّا غَلِيظَ

Idhar

Tanwin diikuti huruf ghin

5

لَهُمۡ وَشَاوِر

Ikhfa safawi

Mim sukun diikuti huruf waw

6

فِي ٱلۡأَمۡرِۖ

Izdhar komariyah

Alif lam sukun diikuti huruf hamzah


c.    Kosa Kata Baru 

Lafad

Arti

Lafaz

Arti

فَبِمَا رَحۡمَةٖ

Dikarenakan kasih sayang/rahmat

وَٱسۡتَغۡفِرۡ

Dan memohon ampun

مِّنَ ٱللَّهِ

Dari Allah

لَهُمۡ

Bagi mereka

لِنتَ

Kami bersikap lemah lembut

وَشَاوِرۡهُمۡ

Dan bermusyawarahlah

لَهُمۡۖ

Kepada mereka

فِي ٱلۡأَمۡرِۖ

Dalam segala urusan

فَظًّا

Kasar (dalam perkataan)

فَإِذَا

Maka apabila

غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ

Keras hati

عَزَمۡتَ

Kamu bertekad bulat

لَٱنفَضُّواْ

Niscaya merema menjauh

فَتَوَكَّلۡ

Bertawakalah

مِنۡ حَوۡلِكَۖ

Dari sekelilingmu

يُحِبُّ

Mencintai

فَٱعۡفُ عَنۡهُمۡ

Maka maafkanlah mereke

ٱلۡمُتَوَكِّلِينَ

Orang-orang yang bertawakal


 d.    Asbabun Nuzul

Sebab-sebab turunnya ayat 159 surat  Ali-Imranini kepada Nabi Muhammad saw. sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Abas r.a., Ibnu Abas r.a. menjelaskan bahwasanya setelah terjadi perang Badar Rasulullah mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar r.a. dan Umar bin Khatab r.a. untuk meminta pendapat mereka tentang para tawanan perang Badar. Abu Bakar r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dikembalikan kepada keluarga mereka dan keluarga mereka membayar tebusan. Namun Umar bin Khatab r.a. berpendapat, mereka sebaiknya dibunuh dan yang diperintah membunuh adalah keluarga mereka. Rasulullah saw. kesulitan dalam memutuskan, kemudian turun ayat 159 surat Ali-Imranini sebagai dukungan atas pendapat Abu Bakar r.a. (HR.Kalabi). (Depag, 2011:Al-Quran Tafsir Perkata, hal.72

e.    Tafsir/Penjelasan Ayat 

Ayat di atas menjelaskan bahwa meskipun dalam keadaan genting, seperti terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin dalam perang Uhud sehingga menyebabkan kaum muslimin menderita kekalahan, tetapi Rasulullah saw. tetap lemah lembut dan tidak marah terhadap para pelanggar, bahkan memaafkan dan memohonkan ampun untuk mereka. Seandainya Rasulullah bersikap keras, tentu mereka akan menaruh benci kepada beliau. Dalam pergaulan sehari-hari, beliau juga senantiasa memberi maaf terhadap orang yang berbuat salah serta memohonkan ampun kepada Allah Swt. terhadap kesalahan-kesalahan mereka.

Di samping itu, Rasulullah saw juga senantiasa bermusyawarah dengan para sahabatnya tentang hal-hal yang penting, terutama dalam masalah peperangan. Oleh karena itu, kaum muslimin patuh terhadap keputusan yang diperoleh tersebut, karena merupakan keputusan mereka bersama Rasulullah saw. Mereka tetap berjuang dengan tekad yang bulat di jalan Allah Swt.. Keluhuran budi Rasulullah saw inilah yang menarik simpati orang lain, tidak hanya kawan bahkan lawan pun menjadi tertarik sehingga mau masuk Islam.

Dalam ayat di atas tertera tiga sifat dan sikap yang secara berurutan disebut dan diperintahkan untuk dilaksanakan sebelum bermusyawarah, yaitu lemah lembut, tidak kasar, dan tidak berhati keras. Meskipun ayattersebut berbicara dalam konteks perang uhud, tetapi esensi sifat-sifat tersebut harus dimiliki dan diterapkan oleh setiap muslim, terutama ketika hendak bermusyawarah.

Sedangkan sikap yang harus diambil setelah bermusyawarah adalah memberi maaf kepada semua peserta musyawarah, apapun bentuk kesalahannya. Jika semua peserta musyawarah bersikap “memaafkan” maka yang terjadi adalah saling memaafkan. Dengan demikian, diharapkan tidak ada lagi sakit hati atau dendam yang berkelanjutan di luar musyawarah, baik karena pendapatnya tidak diakomodasi atau karena sebab lain.

Dalam al-Qur'an terdapat banyak ayat yang berbicara tentang nilai-nilai dalam demokrasi seperti dalam Firman Allah Swt. di dalam Q.S. al-Isra/17:70, Q.S. al-Baqarah/2:30, Q.S. al-Hujurat/49:13, Q.S. asy-Syura/42:38 serta berbagai surat lain. Inti dari semua ayat tersebut membicarakan bagaimana menghargai perbedaan, kebebasan berkehendak, mengatur musyawarah dan lain sebagainya yang merupakan unsur-unsur dalam demokrasi.

Di samping ayat-ayat tersebut, banyak juga hadis Rasulullah yang  mengisyaratkan pentingnya demokrasi, karena beliau dikenal sebagai  pemimpin yang paling demokratis. Di antaranya adalah hadis yang  menegaskan bahwa beliau adalah orang yang paling suka bermusyawarah dalam banyak hal, seperti hadits berikut:

Artrinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Aku tak pernah melihat seseorang yang lebih sering bermusyawarah dengan para sahabat dari pada Rasulullah saw.” . [HR. at-Tirmizi].

Hadis di atas menjelaskan bahwa menurut pandangan para sahabat, Rasulullah saw adalah orang yang paling suka bermusyawarah. Dalam banyak urusan yang penting beliau senantiasa melibatkan para sahabat untuk dimintai pendapatnya, seperti dalam urusan strategi perang. Sikap Rasulullah tersebut menunjukkan salah satu bentuk kebesaran jiwa beliau dan kerendahan hatinya (tawadhu’), meskipun memiliki status sosial paling tinggi dibanding seluruh umat manusia, yaitu sebagai utusan Allah Swt.. Namun demikian, kedudukannya yang begitu mulia di sisi Allah Swt. itu sama sekali tidak membuatnya merasa “paling benar” dalam urusan kemanusiaan yang terkait dengan masalah ijtihadiy(dapat dipikirkan dan dimusyawarahkan karena bukan wahyu), padahal bisa saja Rasulullah memaksakan pendapat beliau kepada para sahabat, dan sahabat tentu akan menurut saja. Tetapi itulah Rasulullah, manusia agung yang tawadhu’ dan bijaksana.

Sikap rendah hati Rasulullah hanya satu dari akhlak mulia lainnya, seperti kesabaran dan lapang dada untuk memberi maaf kepada semua orang yang bersalah, baik diminta atau pun tidak. Itulah Rasulullah, teladan terbaik dalam berakhlak.

Dari ayat al-Qur'an dan hadis Nabi tersebut dapat dipahami bahwa musyawarah termasuk salah satu kebiasaan orang yang beriman. Hal ini perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari seorang muslim terutama dalam hal-hal yang memang perlu dimusyawarahkan, misalnya: Hal yang sangat penting, sesuatu yang ada hubungannya dengan orang banyak/masyarakat, pengambilan keputusan dan lain-lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, musyawarah menjadi sangat penting karena:

a.      Permasalahan yang sulit menjadi mudah setelah dipecahkan oleh  orang banyak lebih-lebih kalau yang membahas orang yang ahli.

b.     Akan terjadi kesepahaman dalam bertindak.

c.      Menghindari prasangka yang negatif, terutama masalah yang ada hubungannya dengan orang banyak

d.     Melatih diri menerima saran dan kritik dari orang lain

e.      Berlatih menghargai pendapat orang lain.

 f.     Demokrasi dan Syura

Selama ini demokrasi diidentikkan dengan syura dalam Islam karena adanya titik persamaan di antara keduanya. Untuk melihat lebih jelas titik persamaan tersebut, perlu kita lihat jati diri masing-masing dari keduanya.


1.     Demokrasi

Secara kebahasaan, demokrasi terdiri atas dua rangkaian kata yaitu “demos” yang berarti rakyat dan “cratos” yang berarti kekuasaan. Secara istilah, kata demokrasi ini dapat ditinjau dari dua segi makna.

Pertama, demokrasi dipahami sebagai suatu konsep yang berkembang dalam kehidupan politik pemerintah, yang di dalamnya terdapat penolakan terhadap adanya kekuasaan yang terkonsentrasi pada satu orang danmenghendaki peletakan kekuasaan di tangan orang banyak (rakyat) baik secara langsung maupun dalam perwakilan.

Kedua, demokrasi dimaknai sebagai suatu konsep yang menghargai hakhak dan kemampuan individu dalam kehidupan bermasyarakat.

Dari definisi ini dapat dipahami bahwa istilah demokrasi awalnya berkembang dalam dimensi politik yang tidak dapat dihindari.

Secara historis, istilah demokrasi memang berasal dari Barat. Namun jika melihat dari sisi makna, kandungan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan oleh demokrasi itu sendiri sebenarnya merupakan gejala dan cita-cita kemanusiaan secara universal (umum, tanpa batas agama maupun etnis).


2.     Syura

Menurut bahasa, dalam kamus Mu’j±m Maq±yis al-Lugah, syµra memiliki dua pengertian, yaitu menampakkan dan memaparkan sesuatu atau mengambil sesuatu.

Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama terdahulu telah memberikan definisi syµra, di antara mereka adalah:

a.      Ar Raghib al-Ashfahani dalam kitabnya Al Mufradat fi Gharib  alQur'an,   mendefinisikan syura sebagai “proses mengemukakan pendapat dengan saling mengoreksi antara peserta syµra”.

b.      Ibnu al-Arabi al-Maliki dalam Ahkam al-Qur'an, mendefinisikannya dengan “berkumpul untuk meminta pendapat (dalam suatu permasalahan) yang peserta syµr±nya saling mengeluarkan pendapat yang dimiliki”.

c.      Sedangkan definisi syµra yang diberikan oleh pakar fikih kontemporer dalam asy Syµra fi zilli Nizami al-Hukm al-Islami,di antaranya adalah “proses menelusuri pendapat para ahli dalam suatu permasalahan untuk mencapai solusi yang mendekati kebenaran”. 


3.     Titik Temu (Persamaan) antara Demokrasi dan Syµra

Dari beberapa definisi Syµra dan demokrasi di atas, dapat melihat bahwa Syµra hanya merupakan mekanisme kebebasan berekspresi dan penyaluran pendapat dengan penuh keterbukaan dan kejujuran. Hal tersebut menjadi pertanda adanya penghargaan terhadap pihak lain. Sementara demokrasi, menjangkau ruang lingkup yang lebih luas. Demokrasi menyoal nilai-nilai egaliter, penghormatan terhadap potensi individu, penolakan terhadap kekuasaan tiran, dan memberi kesempatan kepada semua pihak untuk berpartisipasi dalam mengurus pemerintahan. Secara tegas demokrasi bermain pada wilayah politik. Jika demikian halnya, maka pada satu sisi, Syµra merupakan bagian dari proses berdemokrasi. Di dalamnya terkandung nilai-nilai yang diusung demokrasi. Pada sisi lain, nilai-nilai luhur yang diusung oleh konsep demokrasi adalah nilai-nilai yang sejalan dengan visi Islam itu sendiri. Nilai Islami bukanlah sesuatu yang berasal dari kaum muslimin saja (dari dalam), tetapi semua nilai yang mengandung kebaikan dan kemaslahatan, baik dari Barat maupun Timur, karena Islam tidak mengenal Barat dan Timur (diskriminasi), justru sikap Islam terhadap hal-hal baru yang baik adalah “akomodatif”.

Namun demikian, pro dan kontra tentang demokrasi dalam Islam masih terus berlanjut. Oleh karena itu, untuk mempertajam analisis kalian dalam menyikapi konsep demokrasi, ada baiknya kalian mengenali lebih lanjut pandangan-pandangan para ulama tentang hal tersebut.

g.    Pandangan Ulama (Intelektual Muslim) tentang Demokrasi

Secara garis besar, pandangan para ulama/cendekiawan muslim tentang demokrasi terbagi menjadi dua pandangan utama, yaitu; pertama, menolak sepenuhnya, kedua, menerima dengan syarat tertentu. Berikut ditamplkan ulama yang mewakili kedua pendapat tersebut:

1.  Abul A’la Al-Maududi

Al-Maududi secara tegas menolak demokrasi. Menurutnya, Islam tidak mengenal paham demokrasi yang memberikan kekuasaan besar kepada rakyat untuk menetapkan segala hal. Demokrasi adalah buatan manusia sekaligus produk dari pertentangan Barat terhadap agama sehingga cenderung  sekuler. Karenanya, al-Maududi menganggap demokrasi modern (Barat) merupakan sesuatu yang bersifat syirik. Menurutnya, Islam menganut paham teokrasi (berdasarkan hukum Tuhan).

2.  Mohammad Iqbal

Menurut Iqbal, sejalan dengan kemenangan sekularisme atas agama, demokrasi modern menjadi kehilangan sisi spiritualnya sehingga jauh dari etika. Demokrasi yang merupakan kekuasaan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat telah mengabaikan keberadaan agama. Parlemen sebagai salah satu pilar demokrasi dapat saja menetapkan hukum yang bertentangan dengan nilai agama kalau anggotanya menghendaki. Karenanya, menurut Iqbal Islam tidak dapat menerima model demokrasi Barat yang telah kehilangan basis moral dan spiritual. Atas dasar itu, Iqbal menawarkan sebuah konsep demokrasi spiritual yang dilandasi oleh etik dan moral ketuhanan. Jadi yang ditolak oleh Iqbal bukan demokrasi an sich, seperti yang dipraktekkan di Barat.

Lalu, Iqbal menawarkan sebuah model demokrasi sebagai berikut:

a.   Tauhid sebagai landasan asasi.

b.   Kepatuhan pada hukum.

c.   Toleransi sesama warga.

d.   Tidak dibatasi wilayah, ras, dan warna kulit.

e.   Penafsiran hukum Tuhan melalui ijtihad.


3.  Muhammad Imarah

Menurut Imarah, Islam tidak menerima demokrasi secara mutlak dan juga tidak menolaknya secara mutlak. Dalam demokrasi, kekuasaan legislatif (membuat dan menetapkan hukum) secara mutlak berada di tangan rakyat. Sementara, dalam sistem syura (Islam) kekuasaan tersebut merupakan wewenang Allah Swt.. Dialah pemegang kekuasaan hukum tertinggi. Wewenang manusia hanyalah menjabarkan dan merumuskan hukum sesuai dengan prinsip yang digariskan Tuhan serta berijtihad untuk sesuatu yang tidak diatur oleh ketentuan Allah Swt.. Jadi, Allah Swt. berposisi sebagai al-Syâri’(legislator) sementara manusia berposisi sebagai faqîh(yang memahami dan menjabarkan hukum-Nya).

Demokrasi Barat berpulang pada pandangan mereka tentang batas  kewenangan Tuhan. Menurut Aristoteles, setelah Tuhan menciptakan alam, Dia membiarkannya. Dalam filsafat Barat, manusia memiliki kewenangan legislatif dan eksekutif. Sementara, dalam pandangan Islam, Allah Swt. pemegang otoritas tersebut. Allah berfirman: “Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”. (Q.S.al-A’râf/7:54). Inilah batas yang membedakan antara sistem syariah Islam dan demokrasi Barat. Adapun hal lainnya seperti membangun hukum atas persetujuan umat, pandangan mayoritas, serta orientasi pandangan umum, dan sebagainya adalah sejalan dengan Islam.


4.  Yusuf al-Qardhawi

Menurut Al-Qardhawi, substasi demokrasi sejalan dengan Islam. Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal, misalnya sebagaimana berikut:

a.      Dalam demokrasi proses pemilihan melibatkan banyak orang untuk mengangkat seorang kandidat yang berhak memimpin dan mengurus keadaan mereka. Tentu saja, mereka tidak boleh akan memilih sesuatu yang tidak mereka sukai. Demikian juga dengan Islam. Islam menolak seseorang menjadi imam salat yang tidak disukai oleh ma'mum di belakangnya.

b.      Usaha setiap rakyat untuk meluruskan penguasa yang tiran juga sejalan dengan Islam. Bahkan amar ma'ruf dan nahi mungkar serta memberikan nasihat kepada pemimpin adalah bagian dari ajaran Islam.

c.      Pemilihan umum termasuk jenis pemberian saksi. Karena itu, barangsiapa yang tidak menggunakan hak pilihnya sehingga kandidat yang mestinya layak dipilih menjadi kalah dan suara mayoritas jatuh kepada kandidat yang sebenarnya tidak layak, berarti ia telah menyalahi perintah Allah Swt. untuk memberikan kesaksian pada saat dibutuhkan.

d.      Penetapan hukum yang berdasarkan suara mayoritas juga tidak bertentangan dengan prinsip Islam. Contohnya dalam sikap Umar yang tergabung dalam syura. Mereka ditunjuk Umar sebagai kandidat khalifah dan sekaligus memilih salah seorang di antara mereka untuk menjadi khalifah berdasarkan suara terbanyak. Sementara, lainnya yang tidak terpilih harus tunduk dan patuh. Jika suara yang keluar tiga lawan tiga, mereka harus memilih seseorang yang diunggulkan dari luar mereka, yaitu Abdullah ibnu Umar. Contoh lain adalah penggunaan pendapat jumhur ulama dalam masalah khilafiyah. Tentu saja, suara mayoritas yang diambil ini adalah selama tidak bertentangan dengan nash syariat secara tegas.

e.      Kebebasan pers dan kebebasan mengeluarkan pendapat, serta otoritas pengadilan merupakan sejumlah hal dalam demokrasi yang sejalan dengan Islam.


5.  Salim Ali al-Bahasnawi

 

Menurut Salim Ali al-Bahasnawi, demokrasi mengandung sisi yang baik yang tidak bertentangan dengan Islam dan memuat sisi negatif yang bertentangan dengan Islam. Sisi baik demokrasi adalah adanya kedaulatan rakyat selama tidak bertentangan dengan Islam. Sementara, sisi buruknya adalah penggunaan hak legislatif secara bebas yang bisa mengarah pada sikap menghalalkan yang haram dan menghalalkan yang haram.

 

Karena itu, ia menawarkan adanya Islamisasi demokrasi sebagai berikut:

1.  Menetapkan tanggung jawab setiap individu di hadapan Allah Swt..

2.  Wakil rakyat harus berakhlak Islam dalam musyawarah dan tugastugas lainnya

3.  Mayoritas bukan ukuran mutlak dalam kasus yang hukumnya tidak ditemukan dalam al-qur'±ndan Sunnah (Q.S.an-Nis±/4:59)dan (Q.S.al-Ahz±b/33:36).

4.  Komitmen terhadap Islam terkait dengan persyaratan jabatan sehingga hanya yang bermoral yang duduk di parlemen.

h.    Menerapkan Perilaku Mulia

Perilaku demokratis yang harus dibiasakan sebagai implementasi dari ayat dan hadis yang telah dibahas antara lain sebagai berikut:

1.    Bersikap lemah lembut jika hendak menyampaikan pendapat (tidak berkata kasar ataupun bersikap keras kepala);

2.    Menghargai pendapat orang lain;

3.    Berlapang dada untuk saling memaafkan;

4.    Memohonkan ampun untuk saudara-saudara yang bersalah;

5.    Menerima keputusan bersama (hasil musyawarah) dengan ikhlas;

6.    Melaksanakan keputusan-keputusan musyawarah dengan tawakal;

7.    Senantiasa bermusyarawarah tentang hal-hal yang menyangkut kemaslahatan bersama;

8.    Menolak segala bentuk diskriminasi atas nama apapun;

9.    Berperan aktif dalam bidang politik sebagai bentuk partisipasi dalam membangun bangsa;


Berikut ini link mengunduh materi lengkap download