Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Blog Guru Agama Islam Dan Budi Pekerti

Go to Blogger Guru Agama SMK Negeri 1 Setu.

Minggu, 06 September 2020

BAB 4 : IMAN KEPADA QODA DAN QODAR ALLOH SWT


BAB 4
IMAN KEPADA QADA DAN QADAR
            

TARTILAN
Bacalah ayat-ayat berikut dengan tartil dan renungkanlah maknanya serta perhatikan adab dan sopan santun membaca Al Qur’an.

بِسۡمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحۡمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
a.    Q.S. Ali Imran 47
قَالَتۡ رَبِّ أَنَّىٰ يَكُونُ لِي وَلَدٞ وَلَمۡ يَمۡسَسۡنِي بَشَرٞۖ قَالَ كَذَٰلِكِ ٱللَّهُ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمۡرٗا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ ٤٧

b.    Q.S.. Ar Ra’du 11
لَهُۥ مُعَقِّبَٰتٞ مِّنۢ بَيۡنِ يَدَيۡهِ وَمِنۡ خَلۡفِهِۦ يَحۡفَظُونَهُۥ مِنۡ أَمۡرِ ٱللَّهِۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ وَإِذَآ أَرَادَ ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ سُوٓءٗا فَلَا مَرَدَّ لَهُۥۚ وَمَا لَهُم مِّن دُونِهِۦ مِن وَالٍ ١١
c.     Q.S. Al Hadid 22 - 24
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٖ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَا فِيٓ أَنفُسِكُمۡ إِلَّا فِي كِتَٰبٖ مِّن قَبۡلِ أَن نَّبۡرَأَهَآۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ ٢٢ لِّكَيۡلَا تَأۡسَوۡاْ عَلَىٰ مَا فَاتَكُمۡ وَلَا تَفۡرَحُواْ بِمَآ ءَاتَىٰكُمۡۗ وَٱللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخۡتَالٖ فَخُورٍ ٢٣ ٱلَّذِينَ يَبۡخَلُونَ وَيَأۡمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلۡبُخۡلِۗ وَمَن يَتَوَلَّ فَإِنَّ ٱللَّهَ هُوَ ٱلۡغَنِيُّ ٱلۡحَمِيدُ ٢٤

IMAN KEPADA QADA DAN QADAR

A.   Pengertian Qada dan Qadar
Qada dan qadar atau takdir berasal dari bahasa Arab. Qada menurut bahasa Arab berarti ketetapan, ketentuan, ukuran, takaran, atau sifat. Qada menurut istilah, yaitu ketetapan Allah yang tercatat di Lauh Mahfuz (papan yang terpelihara) sejak zaman azali. Ketetapan ini sesuai dengan kehendak-Nya dan berlaku untuk seluruh, makhluk atau alam semesta. Adapun qadar atau takdir yaitu ketetapan yang telah terjadi.
Dengan kata lain, takdir merupakan perwujudan atau realisasi dari qada. Hubungan antara qada dan qadar sangat erat dan tidak dapat dipisahkan. Qada adalah ketetapan yang masih bersifat rencana dan ketika rencana itu sudah menjadi kenyataan, maka kejadian nyata itu bernama qadar atau takdir. Dalam kehidupan sehari-hari, kita terbiasa menggunakan kata-kata takdir, padahal yang dimaksud adalah qada dan qadar. Takdir itu sendiri dibagi atas dua hal, yaitu takdir mubram dan takdir muallaq.
1.    Takdir Mubram
Takdir mubram, yaitu takdir atau ketetapan Allah yang tidak dapat diubah atau tidak dapat diubah oleh siapa pun. Contoh-contoh takdir mubram antara lain sebagai berikut.
a.    Setiap makhluk pasti akan mengalami mati atau seseorang pasti hanya punya satu ibu kandung. Firman Allah swt.
كُلُّ نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ....... ١٨٥
Artinya: "tiap-tiap yang bernyawa akan merasakan mati sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu." (QS Ali Imran: 185)
b.    Manusia pasti mempunyai akal, pikiran, dan perasaan.
c.     Di alam semesta ini setiap benda bergerak menurut sunatullah. Artinya, segala sesuatu berjalan menurut hukum kekuatan, ukuran, sebab, dan akibat yang telah digariskan Allah.

Kayu mempunyai kemampuan berbeda dengan besi, manusia berbeda kekuatan tenaganya dibandingkan dengan gajah, matahari, bulan, bintang, dan planet-planet hingga benda-benda yang terkecil bergerak sesuai dengan garisnya, dan waktu tak pernah berhenti.

2.    Takdir Muallaq 
Takdir muallaq, yaitu takdir yang masih dapat diubah melalui usaha manusia. Setiap        hamba diberi peluang atau kesempatan oleh Allah untuk berusaha mengubah keadaan dirinya menjadi lebih baik. Firman Allah swt.
إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوۡمٍ حَتَّىٰ يُغَيِّرُواْ مَا بِأَنفُسِهِمۡۗ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mau mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. " (QS At Ra'd: 11)


RISALAH

Jabariah dan Qadariah adalah dua contoh aliran teologi Islam yang berbeda pendapat dalam menyikapi qada dan gadar. Jabariah berpandangan ­bahwa manusia tidak memiliki kehendak bebas dalam hidupnya dan segala sesuatu yang terjadi adalah kehendak Allah swt. semata. Pandang­an ini cenderung membuat hidup sudah ditentukan oleh Allah. Sebaliknya gadariah berpandangan bahwa Allah memberikan kebebasan pada manusia untuk menentukan jalan hidupnya. Oleh karena itu, apa pun yang diperbuat oleh manusia adalah berkat usaha dan kemampuannya sendiri serta tidak ada lagi campur tangan Allah di dalamnya. Dengan demikian, manusia mempertanggungjawabkan segala perbuatannya kepada Allah di akhirat. Pemahaman semacam ini cenderung membuat seseorang bersikap aktif dan optimis dalam menjalani kehidupannya.
Berikut merupakan contoh dari takdir muallaq antara lain sebagai berikut. Hasan dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. la ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi, ia menyadari bahwa penghasilan orang tuanya sangat terbatas sehingga ia mencari cara agar cita-citanya dapat tercapai. la belajar dengan tekun sehingga meraih prestasi tinggi dan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di tempatnya kuliah pun, ia masih tetap rajin belajar sehingga is kembali mendapatkan beasiswa, bahkan ia mendapatkan tawaran pekerjaan dan posisi yang cukup tinggi. Saat ini ia dapat hidup lebih layak daripada orangtuanya karena is mau mengadakan perubahan, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi keluarganya.

TUGAS
Buatlah masing-masing 10 (sepuluh) contoh takdir mubram dan takdir muallaq yang diambil dari kehidupan sehari-hari! Jangan lupa berikan alasannya!

B.   Dalil Naqli dan Aqli tentang Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar
Dalil naqli adalah dalil yang diambil dari Al Quran dan hadis. Banyak sekali dalil mengenai keimanan terhadap qada dan qadar, antara lain sebagai berikut.
1.    Firman Allah swt.

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَىٰنَا ۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱلْمُؤْمِنُونَ

 

Artinya: Katakanlah, sesekali-sekali tidak akan menimpa kami, melainkan apa yang telah ditetapkan oleh Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan hanya kepada Allah orang beriman harus bertawakal." (QS At Taubah: 51)

2.    Firman Allah swt.
إِنَّا كُلَّ شَىْءٍ خَلَقْنَٰهُ بِقَدَرٍۢ


Artinya: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." (QS Al Qamar: 49)

3.    Firman Allah swt.

وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللّهُ النَّاسَ بِظُلْمِهِم مَّا تَرَكَ عَلَيْهَا مِن دَآبَّةٍ وَلَكِن يُؤَخِّرُهُمْ إلَى أَجَلٍ مُّسَمًّى فَإِذَا جَاء أَجَلُهُمْ لاَ يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلاَ يَسْتَقْدِمُ                         

Artinya: "maka apabila telah tiba waktu (yang telah ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak pula mendahulukannya." (QS An Nahl: 61)

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dikatakan bahwa telah diperintahkan kepada Malaikat fibril supaya menulis empat perkara, yaitu rezekinya, ajalnya, amalnya, dan nasib rugi atau beruntungnya. Adapun dalil aqli adalah dalil yang diambil dari akal yang sehat. Akal sehat membenarkan adanya kejadian di luar kehendak dan perhitungan akal manusia. Akal sehat juga mengakui adanya peraturan, ukuran, undang-undang, sifat, serta hukum alam atau sunatullah yang berlaku bagi alam semesta, umpamanya api bersifat panas, tanah bersifat padat, atau air laut terasa asin.

Orang yang ingin pintar harus belajar, ingin kaya harus berusaha, dan ingin merdeka harus berjuang. Allah telah membuat ketentuan takdir bahwa untuk mencapai sesuatu harus dengan berusaha, sedangkan ketentuan-ketentuan itu tidak dapat diubah. Firman Allah swt.

Artinya: "Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapati perubahan pada sunah Allah. " (QS Al Ahzab: 62)
  
Artinya: Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu dan Dia menetapkan ukurannya dengan serapi-rapinya " (QS Al Furqan: 2)

DISKUSI : Berkaitan dengan takdir dan sunatullah, bagaimanakah tanggapan Anda mengenai mukjizat yang dimiliki para rasul? Apakah hal tersebut sesuai dengan sunatullah? Jelaskan

C.   Kaitan antara Takdir, Ikhtiar, dan Tawakal

Takdir sebagaimana telah dijelaskan adalah takaran, ukuran, ketetapan, peraturan, undang-undang yang diciptakan Allah tertulis di Lauh Mahfuz sejak zaman azali dan berlaku bagi semua makhluk-Nya. Takdir ada dua macam, yaitu takdir mubram dimana makhluk tidak diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya, dan takdir muallaq dimana makhluk diberi peluang atau kesempatan untuk memilih dan mengubahnya.
Ikhtiar adalah berusaha melakukan segala daya dan upaya untuk mencapai sesuatu sesuai dengan yang dikehendaki. Menurut bahasa Arab, ikhtiar berarti 'memilih'. Dua pengertian yang berbeda itu tetap mempunyai hubungan yang erat dan merupakan mata rantai yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh, setiap orang mempunyai kebebasan memilih untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada yang mencari nafkah dengan berdagang, bertani, menjadi karyawan, wirausaha, dan lain sebagainya.
Tawakal diartikan dengan sikap pasrah dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. Dalam bahasa Arab, tawakal berarti `mewakilkan', yaitu mewakilkan kepada Allah untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu urusan. Ajaran tawakal ini menanamkan kesan bahwa manusia hanya memiliki hak dan berusaha, sedangkan ketentuan terakhir tetap di tangan Allah swt. sehingga apabila usahanya berhasil, is tidak bersikap lupa diri dan apabila mengalami kegagalan, is tidak akan merasa putus asa. Pengertian seperti ini merupakan ajaran tawakal yang paling tepat.



Artinya: “Maka apa bila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159)

Takdir, ikhtiar, dan tawakal adalah tiga hal yang sulit untuk dipisah-pisahkan. Dengan kemahakuasaan-Nya, Allah menciptakan undang-undang, peraturan, dan hukum yang tidak dapat diubah oleh siapa pun. Sementara itu, manusia diberi kebebasan untuk memilih dan diberi hak untuk bekerja dan berusaha demi mewujudkan pilihannya. Akan tetapi, setiap manusia tidak dapat dan tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada Allah untuk mewujudkan keinginannya.
Bertawakal bukan berarti bahwa seseorang hanya diam dan bertopang dagu tanpa bekerja. Orang yang sudah menentukan pilihan dan cita-citanya tanpa mau bekerja, hanya akan menjadi lamunan atau khayalan semata karena hal itu tidak akan pernah terlaksana. Firman Allah swt.



Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak akan memperoleh selain apa yang telah diusahakannya." (QS An Najm: 39)

Dalam sebuah hadis yang panjang dan diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dikisahkan bahwa ketika Khalifah Umar bin Khattab ra. dan pasukannya akan masuk ke negeri Syam dan telah sampai di perbatasan, ada yang menyampaikan laporan bahwa di negeri Syam tersebut tengah terjangkit penyakit menular. Khalifah Umar bin Khattab ra. akhirnya memutuskan untuk membatalkan ke negeri Syam dan kembali pulang ke Madinah. Abu Baidah berkata pada Khalifah, "Mengapa Anda lari dari takdir Allah?" Khalifah Umar bin Khattab ra. menjawab, "Kami lari dari takdir untuk mengejar takdir pula." Maksud dari pernyataan `lari dari takdir menuju takdir' itu adalah bahwa mereka memilih meninggalkan takdir yang buruk menuju pada takdir yang lebih baik. Manusia yang telah diberi fitrah dan pengetahuan untuk dapat membedakan baik dan buruk pasti akan senantiasa mampu menaati segala kebaikan dan menjauhi keburukan.
Oleh karena itu, sebagai penghayatan terhadap keyakinan akan takdir, ikhtiar, dan tawakal, maka kewajiban kita memilih segala hal yang baik. Adapun ukuran mengenai baik dan buruknya adalah norma yang tercantum pada Al Quran dan hadis, senantiasa tekun, bersungguh-sungguh dalam bekerja sesuai kemampuan, bertawakal, berdoa, tidak sombong atau lupa diri dan bersyukur apabila berhasil serta tidak berputus asa apabila belum berhasil.
TUGAS : Pernahkah Anda mengalami suatu peristiwa dimana Anda harus memilih di antara beberapa pilihan yang sama beratnya? Apakah yang Anda lakukan dan bagaimana Anda mengaitkannya dengan takdir, ikhtiar, dan tawakal? Jelaskanlah!


D.   Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar datam kehidupan Sehari-­hari
Di antara fungsi beriman pada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1.    Mendorong Kemajuan dan Kemakmuran
2.    Menghindari Sifat Sombong
3.    Melatih Berhusnuzan (Baik Sangka)
4.    Melatih Kesabaran
5.    Terhindar dari Sifat Ragu dan Penakut

TUGAS : Apakah Anda yakin bahwa keyakinan kepada takdir dapat melahirkan sikap optimis? Mengapa demikian? Jelaskanlah dengan memberikan contoh dari pengalaman pribadi Anda sendiri!


E.    Perilaku Cerminan Iman Kepada Qada dan Qadar

1.    Yakin terhadap qada dan qadar dari Allah karena pada hakikatnya qada dan qadar tersebut sangat logis (masuk akal). Apabila kita sulit memahaminya, maka hal tersebut berarti bahwa kita sendiri yang belum memiliki pemahaman secara menyeluruh mengenai hal tersebut.
2.    Pemahaman yang menyeluruh mengenai qada dan qadar akan melahirkan pribadi yang mau bekerja keras dalam meraih sesuatu.
3.    Allah tidak akan menyalahi hukum-Nya (sunatullah) sehingga manusia harus yakin akan kekuasaan-Nya atas hidup dan kehidupan manusia.
4.    Kita tidak boleh sombong apabila kita berhasil meraih sesuatu karena semua itu tidak semata-mata atas usaha kita sendiri.
5.    Tidak boleh putus asa karena senantiasa husnuzan pada keadilan Allah.
6.    Mampu menyusun strategi, khususnya dalam hal pekerjaan sehingga hasilnya efektif dan efisien.
7.    Bersyukur apabila memperoleh rezeki apapun bentuknya dan senantiasa bersabar apabila mendapatkan ujian atau musibah.

F.    Hikmah Beriman Kepada Qoda dan Qadar

1.    Allah telah menggariskan hukum-Nya dalam qada dan qadar. Dengan pemahaman yang benar, kita mampu menjadi pribadi yang optimis dengan melakukan doa dan ikhtiar serta tawakal.
2.    Dengan memahami qada dan qadar, kita tidak akan memiliki prasangka buruk, baik kepada Allah maupun kepada makhluk-Nya.
3.    Kita bisa menyadari bahwa Allah telah membekali manusia dengan berbagai perangkat untuk kehidupannya. Bila kita mampu menggunakannya dengan baik, tentu hasil yang optimal dapat kita raih selama hidup di dunia ini.
4.    Menyadari bahwa manusia diciptakan berbeda-beda dan tentu memiliki hikmah tersendiri, di antaranya untuk saling mengenal dan bekerja sama.
5.    Dengan memahami qada dan qadar, kita dapat menyadari bahwa segala yang diciptakan dan yang terjadi di dunia ini tidak pernah luput dari kekuasaan Allah swt. Oleh karena itu, manusia tidak pantas untuk berperilaku sombong.
6.    Manusia berhak memilih untuk melakukan sesuatu. Dengan kesadaran itu, maka konsekuensi yang akan diterima di akhirat kelak baik berupa ganjaran surga dan neraka menjadi niscaya bagi setiap manusia.
7.    Keberhasilan atau kesuksesan bukan sebuah khayalan karena bila kita mau berusaha, Allah pasti telah membuka jalan-Nya.
8.    Mampu membedakan antara jalan yang baik dan yang buruk karena masing-masing memiliki akibat atau konsekuensinya.
9.    Menjadi pribadi yang tidak pernah berputus asa dan lupa diri apabila menghadapi sesuatu, baik kesenangan maupun kesedihan.
10.  Allah tidak pernah menjadikan sesuatu dengan sia-sia. Oleh karena itu, manusia tinggal mempergunakan karunia tersebut dengan sebaik-baiknya.

TUGAS : Carilah sikap yang sudah terbentuk dalam masyarakat menanggapi iman terhadap takdir, balk yang positif maupun yang negatif, kemudian analisislah sesuai dengan kondisi Anda. Tanyakanlah kepada guru agama Anda tentang cara menyikapi hal tersebut secara tepat!

Rabu, 29 Juli 2020

BAB 2 TENTANG QS. LUQMAN : 13 -14

MATERI PELAJARAN BAB 2

TENTANG QS. LUQMAN : 13 -14

 

وَإِذۡ قَالَ لُقۡمَٰنُ لِٱبۡنِهِۦ وَهُوَ يَعِظُهُۥ يَٰبُنَيَّ لَا تُشۡرِكۡ بِٱللَّهِۖ إِنَّ ٱلشِّرۡكَ لَظُلۡمٌ عَظِيمٞ ١٣

وَوَصَّيۡنَا ٱلۡإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيۡهِ حَمَلَتۡهُ أُمُّهُۥ وَهۡنًا عَلَىٰ وَهۡنٖ وَفِصَٰلُهُۥ فِي عَامَيۡنِ أَنِ ٱشۡكُرۡ لِي وَلِوَٰلِدَيۡكَ إِلَيَّ ٱلۡمَصِيرُ ١٤

Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 13-14)

 

A.    Intisari Tafsir Surat Luqman Ayat 13-14

Surat Luqman ayat 13 adalah ayat yang mengabadikan pelajaran Luqman al Hakim kepada anaknya. Yakni pelajaran paling utama, tauhid. Luqman mengatakan kepada anaknya agar jangan menyekutukan Allah. Karena menyekutukan Allah adalah perbuatan aniaya yang paling besar.

 

Ibnu Katsir dalam Tafsirnya menjelaskan, Luqman menasehati anaknya yang merupakan buah hatinya. Maka wajarlah ia memberikan kepada orang yang paling dikasihinya itu sesuatu yang paling utama dari pengetahuannya.

 

“Karena itulah hal pertama yang ia pesankan kepada anaknya ialah hendaknya ia menyembah Allah semata, jangan mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun,” tulis Ibnu Katsir. “Kemudian ia mengingatkan anaknya bahwa syirik adalah kezaliman yang paling besar.”

 

Mengapa syirik merupakan kezaliman terbesar? Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam 

 

Buya Hamka menjelaskan dalam 

 

“Memang aniaya besarlah orang kepada dirinya kalau dia mengakui ada Tuhan selain Allah, padahal selain Allah adalah makhluk,” tulis Buya Hamka. “Dia aniaya atas dirinya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajaknya agar membebaskan jiwa dari segala sesuatu selain Allah.”

 

Surat Luqman ayat 14 adalah ayat yang memerintahkan birrul walidain, berbakti kepada kedua orangtua. Terutama kepada ibunya yang telah mengandung dalam kondisi lemah dan payah yang semakin bertambah seiring bertambahnya usia kehamilan. Lalu ia melahirkan dan menyusui hingga dua tahun.

Ayat ini juga menunjukkan bahwa masa penyusuan yang sempurna adalah dua tahun. Sebagaimana juga disebutkan dalam Surat Al Baqarah ayat 233.

Lalu Allah menutup ayat 14 dari Surat Luqman ini dengan memerintahkan untuk bersyukur kepada-Nya dan berterima kasih kepada kedua orangtua. Dia juga mengingatkan tempat kembali manusia. Bahwa kelak semua orang akan kembali kepada-Nya untuk mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya. Termasuk dalam masalah aqidah dan birrul walidain.

 

B.    Isi Kandungan Surat Luqman Ayat 13-14

 

Berikut ini isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14 yang kami sarikan dari sejumlah tafsir. Yakni 

 

1.    Orangtua harus mendidik anak-anaknya untuk bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pendidikan ini yang paling utama sehingga menjadi pendidikan pertama yang diberikan Luqman kepada anaknya.

2.    Surat Luqman ayat 13 berisi larangan berbuat syirik.

3.    Syirik (menyekutukan Allah) merupakan kezaliman yang paling besar. Tidak ada perbuatan zalim atau aniaya yang melebihi besarnya dosa syirik.

4.    Surat Luqman ayat 14 berisi perintah birrul walidain. Seorang anak wajib berbakti kepada kedua orangtuanya. Terutama kepada ibu yang telah mengandung, melahirkan dan mengasuhnya dengan penuh susah payah.

5.    Wajib bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada orangtua.

6.    Ayat ini mengingatkan bahwa semua manusia akan kembali kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya di dunia.

7.    Demikian isi kandungan Surat Luqman ayat 13-14. Semoga bermanfaat serta menguatkan aqidah kita dan meningkatkan bakti kepada kedua orangtua.

 

 

SURAT AL BAQARAH AYAT 83

 

 

وَإِذۡ أَخَذۡنَا مِيثَٰقَ بَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ لَا تَعۡبُدُونَ إِلَّا ٱللَّهَ وَبِٱلۡوَٰلِدَيۡنِ إِحۡسَانٗا وَذِي ٱلۡقُرۡبَىٰ وَٱلۡيَتَٰمَىٰ وَٱلۡمَسَٰكِينِ وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا وَأَقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُواْ ٱلزَّكَوٰةَ ثُمَّ تَوَلَّيۡتُمۡ إِلَّا قَلِيلٗا مِّنكُمۡ وَأَنتُم مُّعۡرِضُونَ ٨٣

 

Artinya:

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

 

A.   Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 83

 

1. Allah Mengambil Janji Bani Israel

 

Poin pertama dari Surat Al Baqarah ayat 83, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengambil janji dari Bani Israil.

 

وَإِذْ أَخَذْنَا مِيثَاقَ بَنِي إِسْرَائِيلَ

 

Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil”

 

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala (melalui Nabi-Nya) telah mengambil perjanjian dari Bani Israil. Bahkan Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan, Allah mengambil sumpah Bani Israil untuk melaksanakan poin-poin isi perjanjian itu. Namun pada akhirnya mayoritas Bani Israil mengkhianati janjinya.

 

Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zilalil Quran menjelaskan, perjanjian Allah dengan Bani Israil ditetapkan atas mereka di bawah bayang-bayang gunung (yang diangkat di atas mereka).

 

“Mereka diperintahkan untuk memegangnya teguh-teguh dan harus selalu mereka ingat. Karena perjanjian ini mengandung kaidah-kaidah yang kokoh bagi agama Allah,” kata Sayyid Qutb.

 

2. Bertauhid kepada Allah

 

Isi perjanjian atau sumpah ini merupakan pokok-pokok agama Allah. Pertama adalah tauhid, hanya menyembah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 

لَا تَعْبُدُونَ إِلَّا اللَّهَ

 

Artinya : “Janganlah kamu menyembah selain Allah”

 

Ibnu Katsir menjelaskan, Bani Israil diperintah untuk menyembah-Nya dan jangan menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Hal yang sama telah diperintahkan kepada seluruh manusia. Aqidah yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul sama dengan ini yakni tauhid.

 

وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ

 

Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS. Al Anbiya:25)

 

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

 

Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS. An Nahl: 36)

 

3. Berbuat Ihsan kepada Manusia

 

Setelah hak paling tinggi dan paling besar yaitu hak Allah berupa tauhid, barulah isi perjanjian berikutnya perintah untuk berbuat baik (ihsan) kepada manusia. Dimulai dari kedua orang tua.

 

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ

 

dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,

 

Allah memerintahkan untuk berbuat ihsan kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

 

Ar Raghib Al Ashfahani menjelaskan, ihsandigunakan untuk dua hal. Pertama, memberi nikmat kepada pihak lain. Kedua, perbuatan baik. Menurutnya, ihsan lebih tinggi dari adil. Adil adalah memperlakukan orang lain dengan perlakuannya kepada diri Anda. Sedangkan ihsan adalah memperlakukan orang lain lebih baik dari perlakuannya kepada diri Anda

 

Dalam hadits dijelaskan bahwa ihsan adalah beribadah yang terbaik, seakan-akan melihat Allah. Minimal menyadari bahwa Allah selalu melihat kita.

 

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

 

Jibril bertanya, “terangkanlah kepadaku tentang ihsan”. Rasulullah menjawab, “engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Jika engkau tak bisa melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim)

 

Setelah bertauhid kepada Allah, manusia diperintahkan berbuat baik kepada ibu bapaknya. Dua orang paling berjasa yang dengan perantaraan keduanya ia lahir, tumbuh dan berkembang. Orang tua yang membesarkan dan mendidiknya.

 

4. Berbicara yang baik

 

Selain perbuatan yang baik, Bani Israil juga diperintahkan dalam perjanjian itu untuk berbicara yang baik kepada orang lain.

 

وَقُولُوا لِلنَّاسِ حُسْنًا

 

Artinya :“serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia”

 

Kata husna mencakup “segala sesuatu yang menggembirakan dan disenangi.” Tak hanya kata-kata indah, tetapi ia harus kata-kata yang benar. Sehingga terkandung di dalamnya perintah amar ma’ruf nahi munkar

 

Ibnu Katsir menjelaskan maksud kalimat ini: “berkatalah kepada mereka dengan baik dan lemah lembut termasuk dalam hal ini amar ma’ruf nahi munkar dengan cara yang ma’ruf.”

 

5. Sholat dan Zakat

 

Isi perjanjian ini berikutnya adalah mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

 

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ

 

Artinya : “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”

 

Sholat dan zakat adalah ibadah yang sejak awal sudah diperintahkan Allah kepada manusia. Bahkan sejak Nabi Adam. Termasuk kepada Bani Israil hingga umat Islam hari ini. Meskipun tata cara dan ukurannya berbeda sesuai syariat di zamannya.

 

6. Bani Israil Melanggar Perjanjian

 

Bagian terakhir dari Surat Al Baqarah ayat 83 ini menjelaskan karakter Bani Israil yang suka mengkhianati perjanjian. Kecuali sedikit dari mereka.

 

ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ إِلَّا قَلِيلًا مِنْكُمْ وَأَنْتُمْ مُعْرِضُونَ

 

Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.

 

Bani Israil diperintah untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun, mereka malah menyembah patung sapi emas. Diperintahkan untuk berbuat ihsan kepada manusia, mereka justru menzalimi orang-orang lemah di antara mereka. Diperintahkan untuk berkata yang baik dan amar ma’ruf nahi munkar, justru banyak kata-kata negatif dan melakukan amar munkar nahi ma’ruf. Meninggalkan sholat dan tidak mau mengeluarkan zakat. Bahkan membunuh sebagian Nabi-Nya.

 

“Perjanjian ini telah diikat antara Allah dengan Bani Israil, tercatat dalam Taurat, diperingatkan berulang kali oleh Musa dan Harun lalu diteruskan Nabi Yusa’, tetapi mereka berpaling. Satu demi satu janji itu dipungkiri,” tulis Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar.

 

Sayyid Qutb menjelaskan, ayat ini menunjukkan sifat Bani Israil yang suka melanggar dan mengingkari janji. Sifat ini ditunjukkan Allah kepada kaum muslimin agar mereka mewaspadai orang-orang Yahudi dan jangan sampai menirunya. Dan ternyata kaum Yahudi di Madinah juga tak ada bedanya. Yahudi Bani Qainuqa’, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah semuanya berkhianat dan melanggar perjanjian.

 

Kandungan Surat Al Baqarah ayat 83

 

Berikut ini adalah isi kandungan Surat Al Baqarah ayat 83:

 

1.    Allah telah mengambil perjanjian dari Bani Israil dan mereka telah mensepakati untuk memenuhi isi perjanjian itu. Berupa pokok-pokok agama yang harus diamalkan.

2.    Kewajiban untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.

3.    Wajib berbuat baik kepada orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

4.    Wajib mengucapkan kata-kata yang baik kepada orang lain.

5.    Wajib mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

6.    Perintah-perintah dalam isi perjanjian ini juga berlaku bagi kaum muslimin. Mulai dari tauhid hingga berbuat ihsan serta mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

7.    Melalui ayat ini Allah mengungkap sifat Bani Israil yang suka melanggar perjanjian.

 

8.    Demikian Surat Al Baqarah ayat 83 mulai dari tulisan Arab dan latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat mengokohkan tauhid kita, berbuat ihsan kepada sesama manusia serta tidak mengikuti Bani Israil yang suka mengingkari janji


Berikut ini link mengunduh materi lengkap dilink download